Pengaruh Silent Treatment Dalam Hubungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Sebuah Komunikasi

Pengaruh Silent Treatment Dalam Hubungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Sebuah Komunikasi

--

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat di pahami.

 

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, communicates, artinya berbagi atau menjadi milik bersama, mengacu pada upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

 

Menurut Scoot M Cultip unsur keberhasilan sebuah komunnikasi, yaitu kredibilitas (credibility), konteks (context), konten (content), kejelasan (clarity), kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency), kemampuan Komunikan (capability of audience).

 

Penerapan silent treatment awalnya  ditujukan sebagai hukuman bagi narapidana pada tahun 1835. Dilansir oleh ABC Life, silent treatment menjadi alternatif dari hukuman fisik yang diterima narapidana.

 

Hukuman ini dilakukan dengan melarang narapidana berbicara dan menutup wajah mereka. Dengan demikian, narapidana tidak dianggap dan diabaikan keberadaannya.

 

Hasil yang didapatkan melalui hukuman ini adalah rasa tidak dihargai dan terabaikan. Narapidana merasa mental mereka diuji karena keberadaan mereka dianggap seolah tidak ada. Faktanya, terlalu sering menerima perlakuan silent treatment dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang.

 

Menurut James Altucher, penulis buku (2014) The Power Of Yes” dan The Power Of No”, mengabaikan seseorang adalah cara terburuk untuk menyelesaikan masalah. Bukannya terselesaikan, masalah tersebut justru akan menumpuk dan memperburuk komunikasi dalam suatu relasi.

 

Menyikapi silent treatment dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan tetap bersikap tenang dan berusaha untuk berkomunikasi, diam bukanlah jawaban untuk mengatasi masalah, melakukan refleksi diri dan menemukan akar masalah.

 

Kebanyakan pelaku silent treatment berasumsi apabila seseorang akan berusaha memperbaiki diri mereka saat berdiam diri. Asumsi ini yang menjadikan kedua pihak sulit untuk berkomunikasi lagi.

 

Oleh karena itu, salah satu pihak dapat memulai percakapan untuk menghindari masa diam dengan pelaku silent treatment. Kemudian, mulailah sebuah obrolan mengenai masalah yang dimiliki Sobat dan pelaku.

 

Di masa kini, silent treatment dianggap menjadi suatu solusi terhadap konflik. Akan tetapi, keberadaan silent treatment sejatinya hanya akan   memperburuk   masalah.

 

Keberadaan silent treatment juga dapat mengganggu berbagai relasi. Keretakan relasi dapat berujung pada perselisihan dan salah paham yang sulit dihindari. Jadi, diperlukan kesabaran ekstra untuk mengatasi terjadinya keretakan hubungan.

 

Tak hanya dalam hubungan percintaan, tindakan ini juga bisa pada hampir semua jenis hubungan. Entah itu antara ibu dan anak, sesama rekan kerja, atau dalam pertemanan. Tindakan ini bisa menjadi reaksi cepat terhadap situasi di mana seseorang merasa marah, frustrasi, atau terlalu kewalahan untuk menghadapi suatu masalah.

 

Silent treatment juga dapat dialami di dalam keluarga, seperti dari orang tua kepada anak atau sebaliknya. Silent treatment di dalam keluarga merupakan pelecehan atau kekerasan emosional yang bisa berdampak negatif pada kesehatan mental.

 

Silent treatment dalam keluarga dapat menjadi salah satu bentuk emotional abuse atau pelecehan secara emosional yang dapat digunakan untuk mengontrol dan memanipulasi orang lain.

 

Dilansir dari Medical News Today. Ada beberapa penyebab silent treatment dalam yaitu, menghindarkan diri karena tidak tahu harus berbicara apa, bingung ketika tidak bisa mengekspresikan apa yang sedang dirasakan dengan penyampaian secara verbal, dianggap sebagai hukuman karena apa yang telah dilakukan.

 

Untuk menghindari dampak negatif, komunikasi yang jelas dan terbuka adalah kunci untuk menjaga hubungan yang sehat.

 

Melansir PsychCentral, ada beberapa cara menghadapi silent yang bisa dilakukan yaitu memberikan waktu pada anggota keluarga yang melakukan silent treatment untuk mengontrol emosi di dalam dirinya, menyelaraskan nada komunikasi agar dapat saling memahami dan dapat menentukan sikap yang tepat untuk dilakukan.

 

Silent treatment yang terjadi di dalam keluarga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, seperti memicu gejala depresi.

 

Dari faktor unsur keberhasilan komunikasi yang di ungkapkan oleh Scoot M Cultip salah satunya   yaitu kejelasan (Clarity), yang apabila dalam silent treatment faktor ini tidak ada di dalamnya, artinya jika silent treatment terjadi tidak ada kejelasan konteks dalam komunikasi karena satu pihak atau pihak lainnya melakukan prilaku diam (tidak berkomunikasi) tidak ada komunikan, sehingga konteks yang ada tidak akan bisa di bahas. Artinya komunikasi yang terjadi akan buruk atau gagal.

 

Mari hindari perlakuan silent treatment dengan menjadi pribadi yang pemaaf dan berani mengungkapkan permasalahan yang ada ya! (*)

Sumber: