Langka, Pasar Wulandoni Masih Pakai Sistem Barter dan Eksis hingga Sekarang

Langka, Pasar Wulandoni Masih Pakai Sistem Barter dan Eksis hingga Sekarang

Pasar wulandoni di NTT yang menggunakan sistem [email protected]

RADAR TEGAL- Saat ini, pedagang di pasar tradisional biasanya menerima pembayaran secara tunai dan tidak lagi menggunakan sistem barter. Namun, Pasar Wulandoni masih pakai sistem barter dan eksis hingga sekarang.

 

Pasar ini berada di ibu kota Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pastinya bukan tanpa alasan kenapa Pasar Wulandoni masih pakai sistem barter.

 

Bahkan, nama Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter juga kerap disebut pasar barter. Di sana, jika kamu punya ikan dan ingin membeli beras, cari toko beras yang mau menerima barang yang kamu tukar.

 

Meski langka, Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter tidak jauh berbeda dengan pasar lainnya. Pedagang di sana menjual aneka ragam seperti sayur mayur, ikan, buah- buahan, bumbu dan lain sebagainya.

 

BACA JUGA:Tak Mungkin Dibangun sampai Kapan pun, Berikut 7 Fakta di Balik Penolakan Pembangunan Jembatan Jawa Bali

 

Mereka berjualan tepat di depan kantor kecamatan dengan menempati lahan setengah lapangan sepak bola. Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter tersebut tidak menggunakan atap apapun.

 

Sehingga pedagang di sana hanya meneduhkan dagangannya di bawah pohon asam rindang. Di pasar tersebut berkumpul warga dari Pegunungan Puor, Imulolomg dan Posiwatu serta warga dari pesisir Pantai Lamalera, Lebala, Mulandoro, Atadei, Lewuka, Udak maupun Wulandoni sendiri.

 

Keunikan Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter ini mengundang banyak wisatawan luar daerah bahkan luar negeri loh. Saat ada wisatawan datang ke sana akan dimintai tiket masuk kepada ke petugas pasar.

 

Selanjutnya, mereka mendaftar nama di kantor kecamatan dan tiket masuk dikenakan Rp50 ribu untuk turis lokal. Sedangkan turis luar negeri dikenakan Rp75 ribu.

 

BACA JUGA:7 Fakta Unik Pasar Slumpring Desa Cempaka Tegal, Buka Hari Minggu dan Alat Transaksi pakai Kirat Bambu

 

Uang tiket masuk tersebut digunakan untuk dana pembangunan di desa itu. Para pedagang biasanya membuka lapak jualannya pada jam 09.00 pagi dan uniknya aktivitas jual beli baru resmi dibuka setelah terdengar suara peluit dari petugas pasar. Tentu fenomena ini sangat langka yah.

 

Tidak banyak yang tahu kapan Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter mulai beroperasi. Pega, seorang pedagang di Pasar Wulandoni mengaku telah berjualan sejak remaja mengikuti jejak ibunya.

 

“Karena ibu sekarang sudah terlalu tua, saya yang melanjutkan berdagang,” ujarnya.

 

Untuk mencapai Pasar Wulandoni biasanya masyarakat berangkat dari subuh. Biasanya warga yang berada di pegunungan menggunakan bus berupa truk bak terbuka yang telah dimodifikasi dengan menambahkan bangku panjang untuk tempat duduk.

 

BACA JUGA:Pesona Desa Wisata Cempaka Tegal, Ada Pasar Slumpring Sajikan 47 Kuliner dan Bermain Di Bukit Bulak Cempaka

 

Sementara warga yang ada di daerah pesisir menggunakan bus, ada juga yang naik perahu. Sangking unik dan langka Pasar Wulandoni di NTT ini tetap dipertahankan oleh Pemerintah Kecamatan Wulandoni, karena menjadi ciri khas daerah tersebut.

 

Tidak jauh dari lokasi tersebut, pemerintah setempat juga membangun pasar normal pada umumnya yang menggunakan transaksi uang dan beratap. Akan tetapi pasar barter Wulandoni masih tetap ramai dikunjungi orang untuk bertransaksi. 

 

Tidak banyak hasil bumi yang dijual di Pasar Barter Wulandoni selain pisang, perempuan dari pegunungan biasanya membawa ubi, pinang, bayam, tembakau, wortel, buah- buahan. Ada juga yang membawa beras, minyak dan jagung giling. Sementara warga pesisir pantai membawa hasil lautnya yakni ikan laut, ikan asin, garam dan lainnya.

 

Ikan di Pasar Barter Wulondari lebih mahal dibandingkan hasil dari pegunungan. Dari lima potong kecil ikan terbang asin, misalnya dihargai Rp10 ribu uang segitu setara dengan harga sebotol kecap dan minyak goreng.

 

BACA JUGA:Unik! Pasar Slumpring di Kabupaten Tegal Ini Tidak Bayar Pake Uang, Loh!

 

Harga barang yang dipakai untuk transaksi sudah baku sehingga tidak terpengaruh inflasi seperti yang terjadi di pasar pada umumnya. Meskipun dengan sistem barter, di pasar tersebut masih ada sistem tawar menawar.

 

Mereka juga tak hanya bertransaksi antar penjual dan pembeli. Hal yang paling menarik ialah cepat akrab, rukun meskipun keduanya berbeda agama tetapi tidak mempermasalahkannya.

 

Warga dari Lamera menganut agama Nasrani, sedangkan warga pegunungan menganut agama Islam. Mereka semuanya senang karena mendapat saudara banyak di Pasar Barter Wulandoni NTT.

 

Demikian artikel tentang Pasar Wulandoni yang masih pakai sistem barter. Tertarik ingin berkunjung? (*)

Sumber: