6 Mitos Gunung Slamet, Ada Apa dengan Namanya?

6 Mitos Gunung Slamet, Ada Apa dengan Namanya?

Mitos Gunung Slamet--

RADAR TEGAL - Banyak Gunung di jawa Tengah yang mempunyai mitos menyeramkan. Salah satunya adalah mitos Gunung Slamet yang dijuluki atap Tanah Jawa.

Gunung Slamet memiliki tinggi 3.428 mdpl dan terletak di 5 kabupaten. Banyak mitos di dalam Gunung Slamet yang mungkin belum diketahui oleh beberapa kalangan.

Oleh karena itu kami akan membagikan 6 mitos Gunung Slamet yang dapat Anda simak dalam artikel ini. Jika Anda penasaran apa saja mitosnya bisa simak artikel ini sampai selesai ya. 

hingga saat ini mitos Gunung Slamet masih dipercaya oleh beberapa kalangan dan selalu turun-temurun. Berikut daftar mitos yang dapat Anda ketahui dibawah ini.

BACA JUGA: Mengulik Mitos Gunung Slamet, Dari Pasar Hantu hingga Gerbang Gaib

Mitos Gunung Slamet

1. Nama Gunung Slamet

Gunung Slamet adalah gunung terbesar di Jawa Tengah, dan bagi sebagian masyarakat Jawa, dipercayai sebagai pusat pulau Jawa. Ada pandangan yang menyebutnya sebagai gunung lanang (laki-laki) dan ada pula yang menyatakan bahwa dulunya dinamai Gunung Agung sebelum diganti menjadi Gunung Slamet.

Nama 'Slamet' diartikan sebagai selamat, menunjukkan bahwa gunung ini dianggap sebagai sumber keamanan dan keselamatan bagi masyarakat sekitarnya. Terdapat juga kepercayaan bahwa Gunung Slamet adalah tempat yang angker dan dihuni oleh makhluk halus.

Terakhir, letusan Gunung Slamet tercatat pada tahun 2009 dengan lava pijar, tetapi sesepuh di Bambangan mengklaim bahwa gunung ini sejak zaman kakek buyut mereka hingga saat ini tidak pernah meletus, hanya 'terbatuk-batuk'.

2. Upacara Ruwat Bumi

Gunung Slamet adalah tempat sakral bagi masyarakat Dusun Bambangan di mana mereka melakukan upacara 'ruwat bumi' setiap tahun pada bulan Sura dalam kalender Jawa. Tujuan utama upacara ini adalah menciptakan keseimbangan antara manusia dan alam serta memberikan ketentraman dan keselamatan.

BACA JUGA:Perambahan Hutan Lindung di Lereng Gunung Slamet Marak, Bupati Tegal dan Perhutani Lakukan Ini

Upacara ini diadakan pada malam Kliwon, biasanya pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, sebagai penghormatan kepada bulan Sura. Masyarakat meyakini bahwa upacara ini adalah cara untuk meminta keselamatan, kesehatan, dan berterima kasih atas rezeki dari alam, serta menjaga diri dari gangguan makhluk halus yang dipercayai mendiami Gunung Slamet dan Dusun Bambangan.

Sumber: