Kurikulum Merdeka Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar dengan Profil Pelajar Pancasila

Kurikulum Merdeka Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar dengan Profil Pelajar Pancasila

PENULIS: Lintang Ardipratiwi (Mahasiswa PGSD Semester 3 Universitas Negeri Semarang) dan Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd. (Dosen PGSD FIPP, Universitas Negeri Semarang)--

Di dunia pendidikan, pasti berhubungan dengan istilah "kurikulum". Kurikulum adalah sekumpulan rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk merencanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kurikulum, guru dapat mengajar dengan menggunakan struktur yang sudah dibuat untuk penyampaian materi dan evaluasi, yang akan digunakan oleh siswa nantinya. 

Kurikulum sudah ada sejak kemerdekaan negara Indonesia tahun 1945, kurikulum yang ada pada pendidikan nasional sudah berulang kali mengalami perubahan, tercatat ada sebanyak 11 kali perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan terakhir 2013. Namun pada tahun 2022 Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan sebuah kurikulum yang dinamai Kurikulum Merdeka. Pada saat ini kurikulum merdeka sedang disosialisasikan ke satuan pendidikan, namun kedepannya Kemendikbutristek akan menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional pada tahun 2024. 

Berbicara mengenai Kurikulum Merdeka, kurikulum ini sudah hampir diterapkan pada seluruh satuan pendidikan yang ada di Indonesia tidak terkecuali pada satuan Sekolah Dasar. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, dimana konten akan lebih optimal sehingga siswa memiliki cukup waktu untuk mempelajari konsep dan menguatkan kemampuan mereka.

Guru memiliki kebebasan untuk menggunakan berbagai perangkat ajar agar pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa. Di dalam Kurikulm Merdeka terdapat sebuah projek yang bertujuan untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang diterapkan oleh pemerintah.

Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capai pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Selain itu, projek didesain supaya peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputasan melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada projek. 

Membahas lebih lanjut mengenai profil pelajar Pancasila yang terdapat pada Kurikulum Merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbutristek) menyusun profil pelajar Pancasila dengan memberikan pemahaman bahwa profil pelajar Pancasila ini merupakan kumpulan karakter dan kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik berdasarkan dengan nilai – nilai luhur Pancasila. Selain itu, profil pelajar Pancasila merupakan bentuk dukungan atas visi misi presiden RI Joko Widodo, dalam upaya memajukan Indonesia. 

Dalam bidang pendidikan, kumpulan karakter ini memiliki berbagai keuntungan yang signifikan. Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang mudah dipahami oleh semua pemangku kepentingan pendidikan. Profil ini juga dimaksudkan untuk berfungsi sebagai petunjuk arah bagi pendidik dan pelajar di Indonesia dan menjadi tujuan akhir dari semua kegiatan yang dilakukan di sekolah.

Didalam Profil Pelajar Pacasila terdiri dari enam dimensi yang mencakup berbagai elemen, yaitu dimensi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, gotong – royong, bernalar kritis, dan kreatif. Dari enam dimensi yang terdapat pada profil pelajar Pancasila yang terkemas didalam kurikulum Merdeka dapat membentuk sebuah karakter bagi peserta didik sekolah dasar. Pada kurikulum merdeka sendiri dapat dikatakan sebagai pembentuk karakter siswa sekolah dasar karena didalamnya terdapat P5 yang merupakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. P5 adalah upaya untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila melalui pendekatan berbasis proyek.

Karakter siswa sekolah dasar yang akan dibentuk yaitu berdasar dengan dimensi yang pertama, yaitu Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, maksud dari beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mengajarkan siswa untuk memiliki akhlak yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan. Dimensi ini terdiri dari elemen utama seperti akhlak agama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada negara. Dalam bentuk projeknya yaitu dilakukan nya sholat berjamaah bagi peserta didik yang menganut agama Islam, menghormati agama lain, memiliki rasa toleransi kepada setiap umat beragama, dan berdo’a menurut agama dan keyakinan masing – masing sebelum memulai pembelajaran dan selesai kegiatan pembelajaran. 

Dimensi yang kedua yaitu, berkebinekaan global, mengajarkan pentingnya mempertahankan budaya asli negara Indonesia atau budaya luhur, lokalitas, dan identitas Indonesia sambil tetap terbuka terhadap budaya lain. Komunikasi interkultural dan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan merupakan komponen penting dari dimensi ini. Contoh penerapannya pada projek di sekolah dasar adalah membuat buku yang berisikan puisi – puisi bertemakan dengan persatuan dan kesatuan. 

Selanjutnya, yaitu dimensi mandiri. Dimensi ini mengajarkan siswa untuk menjadi siswa yang mandiri dan bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar mereka. Faktor penting dalam aspek ini adalah kesadaran diri, kontrol diri, dan keadaan yang dihadapi. Contoh projek pada dimensi ini yaitu, mengerjakan penugasan yang diberikan guru dengan sebaik mungkin. 

Kemudian, dimensi gotong – royong, mengajarkan siswa betapa pentingnya berkolaborasi dan bekerja sama. Komponen dimensi ini termasuk kemampuan untuk berbagi dan empati. Bentuk kegiatan dari projek gotong – royong ini adalah melakukan kegiatan kerja bakti bersama di lingkungan sekolah setiap 2 minggu sekali. 

Selanjutntya, yaitu dimensi bernalar kritis. mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan benar, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Memperoleh dan memproses informasi, menganalisis penalaran, merefleksikan proses berpikir dan pemikiran, dan membuat keputusan adalah semua komponen dari dimensi ini. Bentuk projek dari dimensi bernalar kritis adalah membuat permainan puzzle dan kemudian dimainkan secara bersama – sama. 

Dimensi yang terakhir, yaitu dimensi kreatif. Kreativitas mengajarkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kreatif dan menghasilkan karya yang unik, bermakna, dan bermanfaat. Ide dan tindakan inovatif adalah komponen penting dari dimensi ini. Bentuk projek dari dimensi kreativitas ini adalah membuat pot bunga dari botol bekas yang dapat digunakan untuk menanam tanaman di lingkungan sekolah dan membuat kerajinan tangan dari bahan kertas seperti tas dari bungkus kopi sehingga nantinya juga akan menghasilkan nilai jual. 

Sumber: