Mengenal Suku Baduy Dalam, Dapat Bertahan Hidup Tanpa Listrik dan Alat Elektronik Lainnya

Mengenal Suku Baduy Dalam, Dapat Bertahan Hidup Tanpa Listrik dan Alat Elektronik Lainnya

--Tangkapan Layar/Youtube Channel/Jalan Pelesiran

TEGAL, RADARTEGAL.DISWAY.ID – Dari sekian banyaknya orang yang tidak bisa hidup tanpa listrik, terdapat satu suku yang tetap mempertahankan budaya lamanya. Suku tersebut bernama Suku Baduy Dalam. Untuk lokasinya berada di Pegunungan Kendeng, Desa Kenekes, Kabupaten Lebak, Banten.

Suku Baduy ini terdiri dari dua wilayah yaitu suku Baduy Dalam dan Baduy Luar. Jumlah penduduk yang ada di suku Baduy secara keseluruhan dapat mencapai 26 ribu jiwa. Di antara kedua wilayah tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Terlihat pada bagaimana penduduknya melaksanakan aturan adat pada wilayahnya masing-masing.

Suku Baduy Dalam masih sangat memegang teguh aturan adat dan memilih untuk hidup dengan bergantung pada alam. Baduy Dalam juga memilih untuk tidak mengikuti perkembangan kehidupan yang modern. Sedangkan penduduk Suku Baduy Luar sedikit sudah mulai terpengaruh dengan perkembangan yang semakin modern.

Salah satu tanda bahwa masyarakat Suku Baduy Dalam sangat menjauhi kehidupan modern adalah dengan tidak menggunakan listrik sama sekali. Dan memiliki larangan bagi warganya untuk tidak menggunakan barang-barang elektronik.

Bahkan masyarakat di sana tidak menggunakan barang-barang modern. Misalnya, tidak menggunakan alas kaki, tetap berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan bermotor. Tempat tinggal masyarakat Baduy Dalam masih terbuat dari batu kali. Dan sama sekali tidak menggali tanah.

Kearifan Lokal yang Ada Pada Masyarakat Suku Baduy Dalam

Ada banyak sekali hal unik yang sampai saat ini tetap dipertahankan oleh masyarakat Suku Baduy Dalam. Sebisa mungkin, masyarakat tetap menjaga kebudayaan agar tidak terisolasi dengan kebudayaan modern. Apa saja hal unik yang dimiliki oleh masyarakat Baduy Dalam? Simak artikel ini hingga tuntas.

Hidup Tanpa Listrik dan Elektronik

Masyarakat Baduy Dalam berusaha untuk hanya bergantung hidup pada alam. Sehingga mereka memilih untuk hidup dengan tiak menggunakan menggunakan listrik dan elektronik. Hidup dengan damai meskipun gelap gulita di malam hari namun tidak menghalangi keharmonisan pada keluarga mereka.

Di sana tidak ada handphone, kendaraan bermesin, dan alat elektronik lainnya. Kemana pun mereka ingin pergi, harus dilalui dengan berjalan kaki dan tanpa menggunakan alas kaki.

Sebagian besar dari masyarakat Suku Baduy Dalam memiliki pekerjaan bertani dan berladang. Untuk menjalankan pekerjaannya pun mereka tidak menggunakan alat penggarap sawah seperti yang lainnya. Tidak mengenal mesin traktor ataupun menggunakan traktor untuk membajak sawah.

BACA JUGA: Kenal Lebih Dekat dengan Suku Baduy yang Belum Tersentuh Teknologi dan Masih Mempertahankan Budaya Asli

Larangan Untuk Jual Beli Tanah Milik Adat oleh Pu’un

Kembali kepada aturan adat yang ada pada Suku Baduy Dalam untuk tetap menjaga kelestariannya dengan alam, maka terdapat larangan bagi masyarakatnya untuk melakukan jual beli tanah milik adat. Larangan ini diberlakukan oleh Pu’un.

Pu’un adalah seorang kepala suku yang memiliki kewenangan untuk mengatur hukum adat dan menentukan masa tanam dan panen. Selain itu, Pu’un juga dipercayakan untuk bisa mengobati orang sakit.

Tidak semua orang bisa bertemu dengan Pu’un. Hanya orang yang memiliki keperluan mendesak yang bisa bertemu. Karena Pu’un adalah orang yang sangat dihormati masyarakat Suku Baduy Dalam.

Sekolah Bukanlah Sebuah Keharusan

Masyarakat Suku Baduy yang sudah menjadi orang tua tidak memiliki harapan yang tinggi untuk anak-anaknya. Hanya ada keinginan sederhana mereka untuk anak-anaknya yaitu mereka ingin anaknya bisa membantunya untuk berladang. Itulah kenapa anak-anak pada Suku Baduy dalam banyak yang tidak bersekolah.

Perjodohan

Suku Baduy Dalam juga memiliki tradisi perjodohan untuk anak-anaknya. Di mana perjodohan ini bisa dimulai sejak anak gadisnya masih berusia 14 tahun. Pada usia tersebut, anak masih dibebaskan untuk memilih jodohnya sendiri sesuai dengan kriterianya.

Tetapi, apaila belum ada jodohnya, anak harus bersedia untuk dijodohkan. Dan orang tua dengan bebas memilihkan jodoh untuk anaknya.

Tradisi Kawalu

Dan kearifan lokal pada Suku Baduy Dalam berikutnya adalah adanya tradisi Kawalu. Kawalu merupakan puasa yang dilakukan tiga kali setiap 3 bulan. Pada saat tradisi ini berlangsung, orang yang bukan masyarakat asli Suku Baduy Dalam hanya boleh berkunjung ke Kampung Baduy Luar saja dan itupun tidak boleh sampai menginap.

Ramai Wisatawan Berdatangan Ke Suku Baduy Dalam

Dari banyaknya kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Suku Baduy Dalam, membuat banyak orang penasaran dan tertarik untuk datang langsung ke sana. Suku Baduy Dalam memiliki 3 desa dan hanya ada satu desa yang memang boleh dikunjungi wisatawan. Desanya bernama CIbeo.

Meskipun diperbolehkan, wisatawan harus tetap mengikuti aturan adat yang berlaku di sana. Mulai dari pengunjung tidak boleh mengambil foto saat berada di sana. Tidak boleh menggunakan produk sabun, sampo, dan odol karena takut dapat merusak alam.

Itulah informasi menarik mengenai Masyarakat Suku Baduy Dalam. Semoga bermanfaat.***

Sumber: