Anies Baswedan Disebut Prof Henri Tak Lepas dari Politik Identitas, Geisz Chalifah: Profesor Tolol
Pernyataan profesor Henri Subiakto yang menyebut Anies Baswedan selalu identik dengan politik agama langsung direspons Komisaris Ancol, Geisz Chalifah. Menurutnya, yang memulai politik identitas adalah para pendukung Basuki Tjahjah Purnama alias Ahok saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Saat itu, relawan yang menyebut mereka sebagai Teman Ahok menggunakan slogan: saya Muslim, saya mendukung Ahok. Slogan itu dikeluarkan Teman Ahok, ketika Anies masih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Profesor Tolol,'" tulis Geisz Cahlifah berang seperti yang dikutip dari Twitter-nya @GeiszChalifah, Rabu (27/4).
"Siapa yang memulai Politik Identitas? tahun 2015 akhir dan di 2016 awal mereka Teman Ahok mengatakan: LEBIH BAIK KAFIR TAPI TIDAK KORUPTOR DARI PADA MUSLIM TAPI KORUPTOR. Pada saat itu Anies masih jadi Menteri," sambung Geisz Chalifah.
Geisz Chalifah lalu mengungkit Henri Subiakto yang pernah dipermalukan oleh Nong Niken. "Memang elu pantas dipermalukan Nong Niken. Bahkan diajarkan tentang pancasila oleh anak muda JMF di forum resmi pula," ujar Geisz.
Sebelumnya, Profesor Henri Subiakto ikut menanggapi kebersamaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di lokasi sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, Senin (26/4) lalu.
Prof Henri lalu menjelaskan sikap politik Anies Baswedan yang dulunya merupakan pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 silam. Henri mengatakan bahwa Anies itu adalah nasionalis.
"Anis dulu memang pendukung Jokowi. Anis itu aslinya nasionalis yang menghormati tenun kebangsaan," kata Henri di Twitter-nya, Selasa (26/4).
Henri mengatakan, ketika hendak menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun hingga saat ini tidak bisa lepas dari politik agama. Sebab dia banyak didukung oleh para penunggang agama.
"Tapi karena ingin berkuasa, diapun menerima saat didukung dan digandeng para penunggang agama. Anispun jadi identik dan sulit dilepaskan dari kelompok mereka. Bahakan jadi simbol perjuangan politik agama," tutur Henri Subiakto. (fin/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: