Pengamat Sebut Jokowi Pantas Disebut Bapak Utang karena Utang Asing Sudah Rp7.000 Triliun

Pengamat Sebut Jokowi Pantas Disebut Bapak Utang karena Utang Asing Sudah Rp7.000 Triliun

Di tengah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan pejak pertambahan nilai (PPN), ternyata utang asing di era Presiden Joko Widodo ikut meroket tajam. Nominalnya saat ini bahkan sudah tercatat menembus Rp7 ribu triliun. 

Angka ini, diingatkan Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, berbahaya bagi kesehatan keuangan dan tata kelola negara. Sekalipun jika dibandingkan dengan PDB, besaran utangnya masih berkisar 40,17 persen atau angka yang dianggap masih aman oleh pemerintah.

“Tapi angka itu pasti merangkak naik terus mendekati 60 persen batas tertinggi yang disyaratkan oleh UU Keuangan Negara. Jika dilihat dari kinerja ekonomi pemerintah saat ini, tidak menutup kemungkinan, Jokowi akan tambah utang lagi," ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/4).

Jika terus menambah utang, maka akan menambah beban keuangan negara yang mengakibatkan negara semakin tidak berdaya dan berwibawa.

Muslim lantas membandingkan kinerja Joko Widodo dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam mengelola utang. Di mana SBY dengan tegas melunasi utang RI ke IMF lebih cepat. Sementara di era Jokowi, untuk membayar bunga utang saja diperlukan utang baru,

"Apakah Jokowi sudah tidak mampu kelola negara lagi selain berutang dan berutang? Tidak kah ini berbahaya bagi kelangsungan negara ini? Tidak kah negeri telah tergadai karena utang oleh Jokowi yang bikin prestasi utang?” tuturnya.

Terakhir, Muslim menilai bahwa Jokowi pantas untuk dijuluki sebagai bapak utang.

“Pantas lah kalau Jokowi disebut “Bapak Utang” dari prestasi pencapaian utangnya dibanding dengan jumlah utang presiden sebelumnya," pungkas Muslim. (rmol/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: