Nusron Wahid Pertanyakan Data Konsumsi Minyak Curah Kemendag, Usul Subsidi untuk Kemasan Sederhana

Nusron Wahid Pertanyakan Data Konsumsi Minyak Curah Kemendag, Usul Subsidi untuk Kemasan Sederhana

Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid mempertanyakan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) soal variasi minyak goreng curah dan kemasan.

Dia meragukan data itu karena data yang disajikan Kemedag tidak sesuai dengan realita di masyarakat.

"Karena itu, usul saya, mending subsidi kemasan sederhana di harga Rp15 ribu dan operatornya Bulog dan RNI," kata Nusron Wahid, Senin (21/3).

Nusron mengusulkan agar BUMN yang menjadi operator. Argumentasi Nusron, perusahaan BUMN sudah terbiasa diaudit. 

Teknisnya, perusahaan swasta menjual minyak goreng kemasan sederhana ke Bulog dan RNI dengan harga pasar. Lalu kedua BUMN itu yang menjual dengan harga yang telah disubsidi.

"Jadi kalau ada penyimpangan atas subsidi, kedua BUMN ini yang bertanggungjawab," ungkap Nusron.

Nusron menyarankan agar pemerintah sebaiknya memberikan subsidi minyak goreng kemasan sederhana daripada subsidi minyak goreng curah yang belum tentu terserap.

Politisi Golkar itu menjelaskan bahwa fenomena masyarakat di bawah cenderung memilih untuk mengkonsumsi minyak goreng kemasan dibanding minyak curah.

Sebab, selama ini masyarakat menganggap minyak goreng curah dianggap kurang hiegenis.

Wakil Ketua Umum PBNU ini menyampaikan, usulan soal subsidi minyak goreng kemasan sederhana sebagai alternatif yang efektif untuk menyikapi kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Dalam pandangan mantan Ketum GP Ansor itu, Permendag 11/2022 yang mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan diyakini tidak akan efektif lagi untuk menekan harga minyak goreng. Bahkan kebijakan itu malah hanya menguntungkan eksportir.

Terlebih, lanjut Nusron, data Kemendag mengenai variasi konsumsi minyak goreng curah dan kemasan juga meragukan.

Nusron mengungkapkan, data konsumsi minyak goreng yang disampaikan Menteri Perdagangan dalam Raker dengan Komisi VI DPR adalah: Kemasan Premium 1.270.776.256 liter (22 persen), kemasan sederhana 231.050.228 liter (4 persen), curah rumah tangga 2.426.027.397 liter (42 persen) dan curah industri 1.848.401.826 (32 persen).

"Jujur saya ragu, masak konsumen curah RT (rumah tangga) sampai 42 persen. Ini metode penghitungannya basis apa? Rasa-rasanya enggak pas," ujarnya Nusron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: