Meski Curah Hujan Masih Tinggi, Petani di Lereng Sindoro Mulai Semai Tembakau

Meski Curah Hujan Masih Tinggi, Petani di Lereng Sindoro Mulai Semai Tembakau

Petani tembakau di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, Jatemg mulai menyiapkan lahan persemaian tembakau. Petani sengaja mempersiapkan persemaian lebih dini, agar proses tanam tembakau bisa dilakukan sesuai dengan musimnya. 

Persemaian tembakau, menurut para petani, sangat menentukan musim tanam. Semakin cepat melakukan penyemaian benih maka tanam tembakau bisa dilakukan dengan prediksi yang lebih matang. 

Menurutnya, usia tembakau siap tanam yakni antara 40-50 hari. Di atas usia tersebut benih tembakau kualitasnya sudah mulai menurun. 

"Sekarang memang sudah mulai kami siapkan. Persiapan ini butuh waktu lebih dari satu minggu hingga lahan siap digunakan sebagai persemaian tembakau," jelasnya Mardianto, salah satu petani di Kecamatan Kledung menuturkan. 

Dengan rentang waktu tersebut maka, pernyemaian tembakau biasanya dilakukan di akhir bulan Januari atau awal Februari. Terutama, bagi petani yang mengolah lahan dengan ketinggian lebih dari 1.700 mdpl, yang biasanya menanam tembakau lebih awal. 

Sebab lanjutnya, usia tembakau di lahan dengan ketinggian tersebut usianya lebih lama jika dibandingkan dengan lahan di bawahnya, apalagi lahan persawahan. 

"Bisa lebih dari 6 bulan baru bisa dipanen, kalau lahan di bawah rata-rata usia 4 sampai 5 bulan sudah mulai bisa ditanam," jelasnya. 

Selain alasan tersebut kata Burhan petani lainnya, sebagian petani saat ini memang susah mulai mempersiapkan persemaian tembakau, dengan harapan ke depan panen raya bisa lebih awal. 

Dengan perhitungan ini petani berharap, saat panen raya harga jual tembakau masih bagus, sehingga petani tidak mengalami kerugian  yang banyak seperti panen raya 2021 lalu. 

"Harapan kami harga jauh lebih bagus, tahun 2021 lalu menjadi panen raya terburuk. Tembakau hanya terjual dengan harga murah, bahkan di bawah biaya produksi. Tahun kemarin harga terendah Rp25 ribu dan tertinggi hanya Rp60 ribu per kilogram, harga itu sangat jauh dari harapan petani," pungkasnya. (set/zul)

Sumber: