Lebih Populer dari Panglima TNI dan Didukung Megawati, Jenderal Dudung Mending Nyapres
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman akhir-akhir ini kerap menjadi perbincangan publik, karena kerap menimbulkan kontroversi.
Tidaklah mengherankan jika berbagai kontroversi yang dilakukannya pun kini dicurigai sebagai upaya untuk mendongkrak popularitasnya. Hal itu diungkapkan pengamat politik Hari Purwanto kepada wartawan di Jakarta, Senin (17/1).
“Saat jadi Pangdam Jaya, Jenderal Dudung menjadi kontroversial karena menurunkan baliho Habib Rizieq di Petamburan, markas FPI," papar Hari.
Berikutnya setelah jadi KSAD, Jenderal Dudung kembali menjadi kontroversial, karena memberi pernyataan 'berdoa tidak perlu memakai bahasa Arab'. Yang terbaru ini, Jenderal Dudung kembali menjadi viral, karena merilis lagu 'Ayo Ngopi' dan video flashmob.
Menurut Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), naiknya popularitas Jenderal Dudung ini tentu menimbulkan harapan baru. Sebab, saat ini masyarakat masih merindukan sosok TNI sebagai Presiden RI.
Ia menjelaskan, dengan posisi sebagai Jenderal bintang empat yang saat ini sedang menjabat KSAD, peluang Jenderal Dudung menjadi Calon Presiden 2014 terbuka luas.
"Peluang Jenderal Dudung menjadi Presiden sangat besar, karena tiga hal. Pertama, beliau Jenderal TNI AD sebagai KSAD. Kedua, beliau didukung oleh Ibu Megawati, Ketum PDIP yang merupakan Partai terbesar. Ketiga, ini yang terpenting, beliau sepertinya ingin mengikuti langkah Presiden Jokowi," jelasnya.
Menurut Hari, Jokowi bisa menjadi Presiden salah satunya karena mengaktifkan politik populisme. Politik populisme saat ini masih menjadi pilihan masyarakat dalam menentukan siapa calon presiden mereka.
"Saya pikir saat ini Jenderal Dudung adalah Jenderal yang paling populer dibandingkan dengan Jenderal lainnya. Beliau sangat diterima oleh masyarakat dengan tampilannya yang lugas dan bersahaja," paparnya.
Menurut Hari, sejak SBY tidak berkuasa, Indonesia kehilangan figur militer yang tegas dan berwibawa. Diharapkan dengan Jenderal Dudung menjadi Presiden di 2024, beber Hari, tidak ada lagi masyarakat yang berani membully Presiden seperti layaknya semua masyarakat sekarang dengan mudahnya membully Presiden Jokowi.
Hari menjelaskan, masyarakat mudah membully Presiden Jokowi karena Jokowi bukan bersumber dari kalangan militer. Sampai dengan Jenderal Dudung menjadi KSAD terbukti tidak ada yang berani berhadapan menentangnya.
Termasuk kelompok Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Bahar Smith terpaksa harus bertekuk lutut terhadap ketegasannya dalam menyikapi beberapa kelompok Islam di Indonesia.
"Terlepas dari benar atau salahnya pernyataan Jenderal Dudung yang kontroversial terkait dengan narasi 'Tuhan bukan orang Arab' dan 'doa tidak perlu dengan bahasa Arab', menunjukkan keberanian beliau dalam bersikap. Pemimpin seperti ini sangat diharapkan untuk memimpin masyarakat Indonesia yang sangat majemuk," pungkas Hari. (rmol/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: