Usai Viral Sebut Tuhan Kita Bukan Orang Arab, Kini Jenderal Dudung Bicara soal Karakter Perwira

Usai Viral Sebut Tuhan Kita Bukan Orang Arab, Kini Jenderal Dudung Bicara soal Karakter Perwira

Seorang perwira harus memiliki imajinasi, inovasi, visi dan misi, cita-cita serta harapan. Pendekatan perwira adalah karakter.

"Dengan memiliki karakter, seorang perwira akan memiliki integritas, dan moral yang baik," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman melalui kanal YouTube Dinas Penerangan TNI AD di Jakarta, Minggu (5/12).

Hal itu Dudung sampaikan saat penutupan pendidikan reguler Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI AD di Mako Seskoad Bandung, Jawa Barat. Ini adalah pendidikan tertinggi seorang perwira di lingkungan matra TNI.

Pernyataan itu ditujukan kepada 459 mantan siswa atau lulusan Sekolah Staf dan Komando TNI AD. Arahan tersebut diharapkan bisa diimplementasikan setiap prajurit di lapangan dalam mengambil keputusan dari ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan.

Dudung menegaskan tolok ukur pemimpin yang berkarakter harus memiliki jiwa petarung, pemberani, cerdas serta mempunyai harapan untuk memajukan satuan.

Setelah lulus atau menempuh pendidikan, lanjutnya, para lulusan memiliki karakter yang lebih kuat dan tidak hanya sekadar mengejar predikat. "Yang penting adalah bagaimana implementasi di lapangan," tutup Dudung.

Sebelumnya KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman menjadi sorotan publik, pernyataannya tentang cara dia berdoa sehari-hari. Dalam sebuah tayangan video yang diunggah di Youtube Deddy Corbuzier, Dudung mengatakan, dirinya berdoa dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Menanggapi pernyataan itu, Pengurus Harian MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat, Muhammad Makmun Rasyid menilai maksud dan tujuan dari ucapan Dudung itu baik. 

"Karena beliau militer jadi selalu bicara dengan penuh ketegasan. Jika kita melihat video utuhnya dan tidak fokus pada sepenggal, maka maksud dan tujuan dari Jenderal Dudung tidak ada indikasi menistakan sesuatu. Kita bebas berdoa dengan menggunakan bahasa apa saja. Tak terkecuali Bahasa Indonesia," kata Makmun Rasyid kepada FIN di Jakarta, Jumat (3/12) lalu.

Dia memahami awal muasal kontroversi tersebut berasal dari penggalan kalimat bahwa 'ya Tuhan pakai Bahasa Indonesia saja. Karena Tuhan kita bukan orang Arab. (rh/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: