Opor Bandara
Jalur Blora-Rembang itu ternyata melewati makam RA Kartini. Kami pun ziarah ke makam ibu kita itu. Saya juga akan menuliskannya. Belum hari ini.
Terutama karena saya bertemu dengan cucu suami RA Kartini yang baru pulang dari New York. Yakni setelah hampir 50 tahun dia tinggal di sana.
Di Rembang saya salat Magrib di masjid pondoknya Gus Mus (KH Mustofa Bisri), Ponpes Raudlatut Thalibin.
Ternyata kami tidak boleh masuk masjid: sejak pandemi orang luar memang dilarang masuk masjid pondok. Saya kagum dengan disiplin prokes itu. Kami pun dipersilakan salat di salah satu ruang di pondok itu.
Habis salat kami sowan ke Gus Mus.
"Kami pondok terakhir yang mengaktifkan diri setelah Covid-19 mereda," ujar Gus Mus. Itu pun belum 100 persen.
"Sejak pandemi Gus Mus pernah naik pesawat?" tanya saya.
"Belum pernah," jawabnya.
"Pernah ke Jakarta?"
"Pernah. Satu atau dua kali. Jalan darat," katanya.
Selebihnya Gus Mus tidak ke mana-mana. "Oh, sekali ke Jogja. Tengok Butet," tambahnya. Waktu itu, Butet Kertaradjasa, tokoh seniman Jogja itu memang dikabarkan sakit keras.
Gus Mus, kiai yang juga sastrawan, kini sudah kembali mengajar di pondoknya. Dua kali sehari. Ilmu tafsir Alquran dan Ilmu Hadits.
Selebihnya Gus Mus banyak bicara soal perubahan besar di Saudi Arabia. Di masa pandemi ini kami tidak mau lama-lama bertamu.
Dari Rembang kami terus ke Pati. Sate Blora membuat kami lupa makan malam. Apalagi di sepanjang jalan pantura turun hujan. Macet. Merambat. Jalan beton sebelum kota Juwana itu dibongkar. Jalan beton ternyata bisa rusak. Patah-patah.
Tiba di Pati sudah pukul 21.00. Tinggal satu acara: Zoominar lagi. Itu yang membuat saya tidak bisa cepat tidur. Padahal saya harus bangun jam 03.00. Harus menuju Pondok Kajen sebelum subuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: