Hidup Sebatangkara di Gubuk Reot,Kondisi Nenek Renta dari Desa Tuwel Memprihatinkan

Hidup Sebatangkara di Gubuk Reot,Kondisi Nenek Renta dari Desa Tuwel Memprihatinkan

Seorang nenek hidup sebatangkara di gubuk reot di Dukuh Babakan Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. 

Kabarnya, nenek yang bernama Sariah (75) ini memiliki dua orang anak perempuan dan sudah berkeluarga. Satunya tinggal di Blitar dan satunya lagi di Desa Karangjambu Kecamatan Bojong. 
Namun warga di pedukuhan tersebut belum pernah melihat anak-anak Sariah berkunjung ke rumah orang tuanya. Sariah hidup sendiri dan nyaris tidak terurus. 

Sariah tinggal di sebuah gubuk sempit yang berdiri di lahan milik orang lain. Gubuk itu berukuran sekitar 3x4 meter dan sangat tidak layak untuk tempat tinggal. Dinding gubuk hanya menggunakan bambu dan atapnya seng. Kondisinya sangat memprihatinkan karena nyaris ambruk akibat dimakan usia.

Gubuk nenek Sariah disekat menjadi 2 bagian. Satu ruangan untuk dapur, satu lagi untuk tempat tidur sekaligus tempat menaruh berbagai macam peralatan makan dan minum.

Untuk tidur, nenek Sariah menempati ranjang tua dan kasur yang kondisinya sudah usang. Selain kotor juga tampak kumuh karena tak pernah dijemur. Kondisi tersebut mengakibatkan tubuh si nenek kerap digigit serangga atau kutu. 

Karena ruangannya yang sangat sempit, gubuk nenek Sariah tidak memiliki MCK. Nenek Sariah jarang mandi, karena tidak ada kamar mandi di gubuknya. Apabila hendak buang air besar, nenek Sariah harus berjalan ke saluran air yang jaraknya cukup jauh dari gubuknya. 

Nenek Sariah, Selasa (16/11) mengatakan, setiap hari tinggal sendirian. Suaminya sudah lama meninggal. Namun dirinya memiliki dua anak perempuan yang sudah menikah.

Salah satu warga yang rumahnya tidak jauh dari Sariah, Eri (40) menuturkan, dua anak nenek Sariah nyaris tidak pernah menengok keadaan ibunya. Meski salah satu anaknya tinggal masih satu kecamatan, juga tidak pernah datang menjenguknya. 

"Yang mengurus ya warga sekitar. Bergantian mengirim makanan ke sini," ucapnya.

Dia sendiri tidak tahu mengapa anak-anak nenek Sariah sampai menelantarkan ibunya. Dirinya hanya tahu Sariah selalu menolak saat diminta tinggal bersama anaknya. 

Sariah mengaku lebih memilih tinggal di gubuk meski kondisinya sangat tidak layak. Jika siang hari terasa panas dan malam hari sangat dingin ditambah banyak nyamuk. Ketika hujan deras, atapnya banyak yang bocor. 

"Kayaknya dari dulu Mbah Sariah tidak pernah kumpul dengan anaknya. Dia juga tidak mau kalau suruh tinggal sama anaknya," ceritanya. 

Lahan yang sekarang ditempati nenek Sariah dulunya merupakan tempat usaha peternakan ayam milik salah satu warga. Nenek Sariah pernah bekerja menjadi karyawan di tempat tersebut.

Setelah peternakan tidak beroperasi, nenek Sariah memilih tetap tinggal di gubuk yang dulunya merupakan tempat tidur penjaga peternakan. 

Sumber: