Korupsi dalam Pandangan Psikologi Kognitif
Yang ketiga adalah emosi dan motivasi, konstruksi motivasi berguna untuk memahami inisiasi dan penentuan pemrosesan informasi. Emosi dipandang sebagai unsur vital dalam kognisi fungsional. Kemampuan verbal dan kecerdasan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan rasional seseorang.
Yang keempat adalah kognisi dan perilaku, penelitian mengenai kognisi tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan perilaku atau tindakan yang dilakukan individu.
Pikiran dipandang sebagai bagian struktur batin yang mengatur informasi dari lingkungan, menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang tersimpan sebelumnya, dan proses informasi dan pengetahuan untuk membentuk keputusan dalam bertindak.
Dalam kebanyakan kasus, kondisi dan lingkungan sosial tertentu mendorong atau mempengaruhi pemrosesan informasi. Proses adaptif muncul dari interaksi antara individu dan lingkungan sosialnya. Lingkungan merupakan pemasok input sekaligus penerima input dan merupakan sebuah unit interaktif, responsif terhadap tindakan manusia, sebuah proses sebab-akibat timbal balik yang berkelanjutan.
Kondisi dan lingkungan sosial seseorang mendorong atau mempengaruhi pemrosesan informasi seperti individu yang memegang kekuasaan lebih cenderung bertindak korup, Individu lebih cenderung bertindak korup ketika dalam posisi menguntungkan secara pribadi, memiliki kontrol diri yang rendah, mempunyai persepsi bahwa korupsi tidak berdampak (kerugian dan kebal hukum), Narasi rasionalisasi tampaknya membuat korupsi lebih dapat diterima.
Emosi seperti rasa bersalah dapat membuat lebih sedikit kemungkinan bagi individu untuk bertindak korup. Untuk mengurangi pengaruh kognitif ini, perlunya langkah-langkah yang meningkatkan informasi untuk menghargai perilaku etis dengan penetapan standar integritas dan pengambilan keputusan. (*/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: