Kakak Bunuh Ayah, Ibu, dan Dua Adiknya, Seorang Adiknya yang Selamat Trauma Berat
Korban selamat dari tragedi berdarah keluarga di Bantaeng, Khusnul Amalia trauma berat. Kebanyakan diam.
Panas terik matahari tak menyurutkan kedatangan warga kediaman keluarga Baddu, Kelurahan Ereng-Ereng, Kecamatan Tompobulu, Rabu (27/10). Meski telah diberi garis polisi, warga penasaran melihat rumah yang menjadi saksi, tragedi berdarah, Akmal kepada ayahnya Baddu, ibu, Sadia, dan saudarinya, Sitti Saleha.
Kini tersisa Husnul Amalia yang selamat. Husnul kini tinggal sementara di rumah tantenya Fahriah, saudara dari ayahnya. Rumah panggung yang jaraknya hanya 50 meter dari kediamannya.
Husnul tak banyak bicara. Sesekali meringis kesakitan pasca pengobatan bekas sabetan senjata tajam. Beberapa warga yang berbicara padanya tak dia tanggapi, matanya menyelusuri setiap sudut rumah tantenya itu.
Rumah yang dahulunya kosong, sebab Fahriah ikut suaminya di Tombolo, Kecamatan Gantarang Keke, Bantaeng. Namun, peristiwa itu menggegerkannya. Dia kembali untuk menemani Husnul yang kini sebatangkara.
Khusnul merupakan satu-satunya korban yang selamat dari amukan Akmal. Dia berhasil selamat setelah beberapa kali terkena irisan pisau.
Setelah kabur keluar rumah, dia meminta tolong. Khusnul sempat dilarikan ke Puskesmas Banyorang, Selasa (26/10) lalu, tetapi memaksakan keluar dari perawatan medis karena ingin menyaksikan keluarga dimasukkan ke liang lahat.
Ayah, Ibu, dan Kakanya dimakamkan di kebunnya. Hanya sekitar 100 meter dari kediamannya di belakang Sekolah Dasar (SD) Assayya.
Nurhana, sepupu Husnul mengaku, jika kejadian itu menjadi pukulan hebat buat Husnul. Dia melihat sendiri keluarganya dibantai oleh kakak kandungnya.
Akmal memang mengalami gangguan kejiwaan setelah pulang dari Malaysia. Bahkan, sempat juga ke Jakarta. "Lalu menghilang di sana. Nanti keluarga tahu keberadaanya setelah Akmal diposting lewat facebook," ungkapnya.
Akmal dari Malaysia, sepuluh tahun lalu bekerja mengumpulkan uang hingga Rp70 juta. Informasinya untuk persiapan pernikahan di kampung halaman.
Namun setelah pulang, ternyata uang tersebut habis digunakan keluarga untuk biaya hidup dan dipinjamkan ke beberapa tetangga. Sepekan sebelum Akmal mengamuk, beberapa tetangga sudah mengingatkan Baddu dan Sadia agar Akmal di rawat di Rumah Sakit Jiwa.
Akmal sudah menujukkan gejala kejiwaanya semakin parah. Seperti suka berpakaian wanita dan mengumpulkan senjata tajam ayahnya yang disimpan di rumah kebun.
"Garring mi seng anaknu (sakit lagi anakmu: red) kasi masuk mi ke rumah sakit," kata Syamsiah tetangga yang melihat kelakuan Akmal. Namun, ayahnya menolak. Jawaban sang ayah, tak ingin anaknya masih RS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: