Generasi Emas Harus Dipersiapkan, Stunting dan Bumil Berisiko Tinggi Harus Ditekan

Generasi Emas Harus Dipersiapkan, Stunting dan Bumil Berisiko Tinggi Harus Ditekan

Generasi emas diprediksi akan membuat bangsa Indonesia menjadi salah satu kekuatan di dunia. Sehingga di 2045 mendatang, Indonesia akan menjelma sebagai negara maju.

Pernyataan itu diungkapkan Anggota Komisi IX DPR RI, Dewi Aryani saat menghadiri Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra DPR RI Komisi IX di Balai Desa Jatilawang Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal, Rabu (20/10). Politisi yang akrab disapa DeAr itu mewanti-wanti pentingnya generasi emas itu dipersiapkan dari sekarang.

Utamanya terkait pemenuhan gizi sejak janin di dalam kandungan dan pascamelahirkan hingga balita berumur dua tahun atau baduta. Menurut DeAr, ini penting dipersiapkan karena anak-anak yang lahir saat ini, akan menjadi generasi penerus yang disebut-sebut sebagai generasi emas.

“Ingat generasi emas yang ditandai dengan bonus demografi ini bisa menjadi berkah kekuatan tapi juga ancaman. Karenanya dibutuhkan gotong royong dari sekarang untuk mempersiapkannya,” ujar DeAr.

Bonus demokrasi akan menjadi berkah, beber DeAr, jika perlakuan terhadap mereka sejak dini betul-betul dipersiapkan. Antara lain gizi yang seimbang, supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta pemenuhan pelayanan kesehatan yang memadai.

“Ini pula yang saya minta kepada para kades serta istri kades untuk turun langsung melihat kondisi warganya. Sehingga jika ada penderita stunting atau ibu hamil berisiko tinggi bisa diketahui sejak awal,” pintanya.

Pernyataan DeAr itu dibenarkan perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Agus Pujianto. Selain memastikan kondisi balita dan ibu hamil berisiko tinggi dari awal, BKKBN juga kontinyu melakukan sejumlah persoalan remaja melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).

“Harapannya persoalan pernikahan muda bisa diantisipasi, dan remaja putri menikah di atas usia 21 tahun serta remaja putranya di atas 25 tahun,” ujar Agus.

Selain dianggap lebih siap mengarungi mahligai perkawinan, dengan usia yang cukup perkawinan juga bisa menghindari kemungkinan dilahirkannya anak-anak yang mengalami kendala tumbuh kembang. Sehingga kemungkinan bayi yang menderita stunting juga bisa ditekan.

Agus menambahkan tidak hanya persoalan kependudukan, saat ini BKKBN juga menjadi salah satu instansi yang ditugasi untuk melakukan vaksinasi massal. Karenanya, Agus mengharapkan, peran serta aktif warga dan masyarakat dengan menghubungi BKKBN terdekat.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Jatilawang Dakyani mengungkapkan di desanya, balita dan ibu hamil berisiko tinggi selalu tercatat. Karena bidan dan kader-kader posyandu selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bumil dan anak-anak yang rentan tumbuh kembangnya.

Itulah sebabnya, ungkap Dakyani, Pemdes Jatilawang selalu menjalin sinergitas dengan semua pihak untuk memastikan kondisi kesehatan warganya. Sehingga angka stunting bisa ditekan sedini mungkin. (muj/zul)   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: