DLHPS Tinjau Pabrik Pengolahan Rajungan di Prapag Lor yang Sempat Diprotes Warga
![DLHPS Tinjau Pabrik Pengolahan Rajungan di Prapag Lor yang Sempat Diprotes Warga](https://radartegal.disway.id/ll/2110/utj9.ebd.jpeg)
Menanggapi keluhan warga terkait adanya pabrik pengolahan rajungan yang diduga mencemari lingkungan di Desa Prapag Lor Kecamatan Losari, Pemkab Brebes melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sampah (DLHPS) langsung menanggapi keluhan masyarakat yang ada di sekitar pabrik.
Dalam hal ini, DLHPS langsung menerjunkan petugas untuk mengecek lokasi pabrik tersebut, Selasa (19/10).
Kepala DLHPS Budhi Darmawan mengatakan, pihaknya langsung meninjau lokasi pabrik yang berada di Desa Prapag Lor tersebut. Petugas pun mengecek saluran pembuangan yang dituduhkan warga menyebabkan bau busuk. Dari hasil pengecekan itu, petugas belum menemukan adanya pelanggaran.
"Dari hasil pengecekan tadi belum ditemukan pelanggaran. Namun, jika nanti ada temuan pelanggaran nanti akan kita musyawarahkan dengan pihak desa dan kecamatan," ungkapnya.
Selain meninjau lokasi pabrik, DLHPS juga mengecek perizinan pabrik pengolahan rajungan tersebut. Menurut Budhi, pabrik tersebut tergolong home industri (industri rumahan). Pabrik itu pun diketahui sudah memiliki dokumen perizinan, yaitu melalui perizinan online atau Online Single Submission (OSS).
"Izinnya sudah ada, lewat OSS. Yang jelas nanti kita akan tindak lanjuti permasalahan ini dengan musyawarah dari berbagai pihak," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, puluhan warga Desa Prapag Lor Kecamatan Losari mendatangi balai desa setempat, Jumat (15/10). Kedatangan mereka tidak lain untuk menyampaikan keluhan terkait keberadaan pabrik rajungan yang diduga telah mencemari lingkungan di wilayah dekat balai desa.
Sejumlah warga yang menolak keberadaan pabrik pengelolaan rajungan tiba di balai desa setempat untuk melakukan audiensi sekitar pukul 09.30 WIB. Kedatangan mereka diterima langsung oleh Kepala Desa (Kades) Prapag Lor Facrudin Ades Raka.
Dalam audiensi tersebut, tokoh masyarakat setempat Bambang menyampaikan, sejumlah masyarakat yang ada di sekitar pabrik pengolahan rajungan mengeluhkan adanya limbah yang diduga dari pabrik tersebut.
Apalagi, sampai saat ini warga sekitar belum pernah mendapatkan sosialisasi dari pihak pabrik ataupun dari pemerintah desa.
"Setelah beberapa minggu ini kita baru merasakan keberatan. Jadi kita harapkan permasalahan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan jangan sampai ada konflik saling membenci antarsesama. Harapannya diselesaikan dengan hati yang legowo," ujarnya.
Ditemui usai pertemuan, perwakilan warga yang menolak keberadaan pabrik pengelolaan rajungan, Carsini (50) menolak adanya pabrik pengolahan rajungan tersebut. Pasalnya, sejak adanya pabrik tersebut, dirinya merasa terganggu.
"Gak sukalah, saya minta ditutup. Bau banget, sampai saat mau makan saya pergi ke rumah saudara," ujarnya.
Diakuinya, setiap hari dirinya mencium bau yang menyengat yang diduga bersumber dari pabrik pengolahan rajungan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: