Dahlan Iskan Sebut Tri Rismaharini Pekerja Keras dan Tahu Detail

Dahlan Iskan Sebut Tri Rismaharini Pekerja Keras dan Tahu Detail

Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN yang juga warga Surabaya menyebut Tri Rismaharini sebagai sosok pekerja keras, memiliki kemauan besar dan keras untuk mewujudkan keinginannya.

“Ir Tri Rismaharini adalah orang yang tahu detail. Sebagai seorang arsitek ia terbiasa dengan perencanaan dan pekerjaan detail,” ungkap Dahlan dikutip dari tulisannya di Disway bertajuk ‘Normal Risma’, Jumat (15/10).

Satu hal yang menarik dari Bu Risma, ungkap Dahlan, adalah dia tidak terlihat memupuk kekayaan dari jabatannya. Dua periode Risma jadi wali kota, di kota metropolitan pula, rumahnya biasa saja.

“Di daerah yang termasuk kelas 3-nya Surabaya yakni di bilangan Wiyung. Nun di Surabaya Barat banget. Itu bukan daerah kelas 2 apalagi kelas 1. Dia sudah di situ sejak masih menjadi kepala dinas,” terang Dahlan.

Bahkan, rumah orang tuanya yang menjadi rumah pertamanya juga di daerah kelas 3. Di dekat Pasar Burung, Nginden. Yang sampai sekarang tanahnya masih belum berstatus hak milik.

Di rumah inilah, awalnya, dibangun museum sederhana, Historisma. Di situ pula dibuat warung kopi.

“Waktu itu Risma mengira tidak ada jabatan apa-apa lagi setelah dua periode itu berlalu,” lanjut mantan Direktur Utama PLN itu.

Ternyata Risma menjadi menteri sosial. Dahlan sempat tercetus ide untuk mengadakan acara selama satu minggu. 

Temanya, ‘Surabaya Berterima Kasih Kepada Risma’. Sayangnya pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, tidak terkecuali Kota Surabaya.

Tidak mungkin ada kerumunan. Apalagi sebelum habis masa jabatan itu ternyata Risma sudah dilantik sebagai menteri. Praktis tidak ada waktu bagi warga Surabaya untuk berterimakasih kepadanya.

“Saya memang melihat Bu Risma juga orang yang normal: ingin jabatan yang lebih tinggi. Sejak dulu. Tapi yang seperti itu kan boleh-boleh saja. Kemajuan sering datang dari orang yang punya kemauan,” tandas Dahlan.

Dahlan kemudian mengenang karakter Risma yang cuek dan ceplas-ceplos. Kala itu Dahlan, Risma dan Megawati Soekarnoputri duduk di satu meja makan.

Di situlah Dahlan merasakan hubungan istimewa antara Bu Risma dan Bu Mega.

“Bu Mega terlihat sudah terbiasa dengan gaya Bu Risma yang ceplas-ceplos: Suroboyoan. Dengan gerak tubuh yang tidak perlu disopan-sopankan. Yang untuk ukuran orang sebagian orang Jawa bisa saja dianggap kurang sopan. Toh tidak terlihat ada sedikit pun keberatan Bu Mega dengan gaya Risma seperti itu,” beber Dahlan dikutip dari Fajar. (dra/fajar/ima)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: