Lolos PPPK, Guru Honorer di Klaten Tunaikan Nazarnya Jalan Kaki Klaten-Yogyakarta
Supriyadi, seorang guru olahraga SMPN 1 Trucuk, Klaten berjalan kaki dari Klaten ke Yogyakarta sejauh 37 kilometer, Minggu (10/10). Pria berusia 53 tahun itu sebelumnya memang bernazar melakukannya, jika lulus tes pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Saat melakukan nazarnya itu, Supriyadi mengenakan jaket dan topi berwarna hitam menyusuri jalan Solo-Jogja, tepatnya di Desa Plawikan Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.
Wajah Supriyadi tertutup masker corak batik warna merah. Di punggungnya melekat tas ransel warna abu-abu. Di tangannya ada sebotol air mineral.
Panas terik tak menyurutkan langkah guru honorer asal Desa Planggu, Kecamatan Trucuk itu. Dia memang sudah bernazar sebelum pelaksanaan tes PPPK. Yakni jalan kaki dari Klaten menuju Yogyakarta.
Tiba di Desa Plawikan, dia sempat berhenti untuk istirahat sejenak. Tepat di samping bangunan gudang semen di tepi Jalan Solo-Yogyakarta. Dia duduk sembari menjulurkan kedua kakinya. "Kaki saya kram. Berhenti sebentar untuk meredakan nyeri,” kata Supriyadi.
Di Kota Gudeng, Supriyadi ingin mengunjungi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kampus tempat dia menimbal ilmu, sebelumnya akhirnya menjadi guru olahraga selama 25 tahun.
Lulus jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan UNY pada 1997, Supriyadi langsung diterima sebagai guru di Semarang dan Grobogan. Waktu itu mengajar di sekolah swasta.
Enam tahun berselang, dia pilih pulang kampung. Setelah diterima mengajar di SMPN 1 Trucuk. Statusnya hanya guru honorer. Gaji per bulan sekitar Rp 200 ribu.
“Gaji sebegitu bertahan sampai 2019. Akhirnya pada 2020, gaji saya naik jadi Rp400 ribu per bulan. Setelah ada tambahan jam mengajar. Lalu saya mendaftar PPPK, pada Agustus lalu. Ternyata lolos administrasi dan mengikuti tes pada September,” kata Supriyadi sambil sesekali meregangkan kakinya yang masih kram.
Supriyadi mendapat kabar lolos tes PPPK, Jumat (8/10). Dia langsung bersiap berjalan kaki dari SMPN 1 Trucuk menuju UNY sebagai wujud syukur. Kemudian direalisasikan, Minggu (10/10) pagi, pukul 06.00.
“Setelah salat Subuh, saya minta diantar istri ke SMPN 1 Trucuk. Saya bilang ke istri, ingin piknik ke Jogja. Sempat ditanya, kok tidak ada temannya? Lalu saya jelaskan, saya ingin jalan kaki menuju Jogja, sebagai bagian dari nazar setelah lulus tes PPPK,” beber Supriyadi.
Istri Supriyadi, Sukani (53) menangis sejadi-jadinya. Karena permintaan istri untuk menemani sampai ke Jogja ditolak.
Namun, Supriyadi berhasil meyakinkan istrinya. Bahwa dia sanggup menjalankan nazar tersebut. “Sebelumnya saya sempat berlatih dan pemanasan,” ujarnya.
Setelah mendapat penjelasan, Sukani dan ketiga anaknya bisa menerima nazar suaminya tersebut. Justru mereka berbalik memberi semangat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: