Tidak Alergi Pembangunan Malioboro-nya Tegal, Pemilik Toko Usulkan Peniadaan Boulevard

Tidak Alergi Pembangunan Malioboro-nya Tegal, Pemilik Toko Usulkan Peniadaan Boulevard

Setelah mengikuti sosialisasi, Perkumpulan Penghuni dan Pengusaha Jalan Ahmad Yani (P3 Jaya) Kota Tegal akhirnya mengambil sikap. Mereka menyatakan tidak alergi, tetapi mengusulkan beberapa usulan terkait pembangunan Malioboro-nya Tegal. 

Humas P3 Jaya Agustino mengatakan, setelah pembongkaran trotoar dan munculnya gelombang protes massa terkait proyek Jalan Ahmad Yani, pihaknya mendapatkan undangan untuk sosialiasi di Dinkop Kota Tegal (27/9). Meski undangan baru diterima di hari yang sama, pihaknya mencoba hadir. 

"Meski hanya berselang 3 jam, kami mencoba hadir karena ingin mengerti rencana sejatinya dari pemkot ini," katanya. 

Menurut Agustino, sosialisasi yang dipimpin sekda Kota Tegal, berjalan dengan ringan dan penuh obrolan santai. Di sana disampaikan tidak ada rencana menjadikan Ahmad Yani sebagai tempat wisata. 

"Dari kami hadir 8 orang perwakilan pedagang dan pemilik toko. Juga didampingi pengacara ditunjuk. Apa yang kami tangkap memang sepertinya masih banyak yang perlu dikaji dari pihak pemkot soal rencana Malioboro-nya Tegal itu," ujarnya. 

Agustino menyebut, beberapa jawaban yang disampaikan menurutnya menyiratkan jika pemkot terlihat tidak siap. Dirinya menganggap sepertinya rencana itu dipaksakan tanpa kajian ekonomi dan lalu lintas yang jelas. 

Selain itu, kata Agustino, adanya jawaban yang disampaikan jika parkir bisa dilakukan di Jalan HOS Cokroaminoto atau DI Panjaitan, tentu disanggah. Sebab, parkir di kedua jalan itu sehari-hari sudah sangat padat. 

"Karenanya, kami menyampaikan beberapa usulan terkait pembangunan itu,"ujarnya. 

Pertama, kata Agustino, sebaiknya tetap boleh parkir mobil dan motor di depan toko. Sehingga proses bongkar muat pasar dan toko bisa berlangsung seperti biasa dengan menghilangkan taman atau boulevard yang berada di tengah-tengah. 

"Kemudian trotoar diperlebar, tentu akan mempercantik Jalan Ahmad Yani. Untuk foodtruck bisa menggunakan tempat parkir di depan toko pada saat malam tiba. Seperti yang sudah dilakukan sampai saat ini," tandasnya. 

Selanjutnya, ujar Agustino, lesehan bisa tetap memanfaatkan lahan trotoar di depan toko yang tutup sore dengan tetap menyediakan space orang lalu lalang berjalan kaki. Angkutan kota bisa tetap lewat dan ngetem di tempat parkir mobil di depan pasar dengan disediakan area tertentu. 

"Jalan dibuat satu arah mungkin baik dengan pelebaran trotoar, tetapi tetap lakukan kajian lalu lintasnya. Juga masalah drainase dan kebersihan akibat efek dari perubahan ini sebaiknya dipertimbangkan dengan masak. Itu, mengingat di lokasi itu, selalu tergenang air cukup parah bahkan mencapai 30-50 centimeter pada saat hujan," terangnya. 

Agustino menegaskan, semua anggota P3JAYA tidak alergi dengan perubahan. Apalagi ke arah yang lebih baik. Namun, konsep pembangunan Malioboro-nya Tegal ini tentu harus disertai kajian studi kelayakan. Bukan sekedar mimpi dan konsep saja, dan tentunya diperkaya lagi dengan mendengar masukkan positif dari berbagai pihak. 

"Kami yang hidup dan tinggal di Ahmad Yani, berharap periuk nasi ini bisa tetap kami pertahankan. Semoga pemkot mendengar melalui jalur dialog tidak harus gugatan," pungkasnya. (muj/ima)

Sumber: