Jumlah Petani Muda Semakin Sedikit, Wamentan: Nggak Usah Khawatir Pak Jokowi
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat konsen mengenai regenerasi usia petani muda.
Sebab berdasarkan catatannya, saat ini jumlah petani berusia 45 tahun ke atas sebanyak 78 persen. Sementara, petani yang berusia di bawah 45 tahun hanya 22 persen.
Presiden Jokowi pun meminta agar Kementerian Pertanian segera menstimulasi agar kaum milenial tertarik dengan sektor pangan. "Saya sampaikan kepada Bapak Presiden dan kawan-kawan kabinet bahwa ada dua hal, pertama tentu soal trust. Kedua soal ketersediaan dan income," ujar Harvick saat mengunjungi Balai Penelitian Industri dan Penyegar (Balitri) di Kabupaten Sukabumi, Kamis (16/9).
"Ini menyangkut kerja kita semua persoalan bagaimana kita membuat situasi ruang lingkup pertanian ini untuk kaum muda, seperti pengadaan benih dan bibit. Ini semua jadi catatan bagi anak-anak muda yang sudah sangat mudah mengakses situasi dan kondisi internasional," tambahnya.
Harvick menjelaskan saat ini Kementerian Pertanian tengah mengejar teknologi hingga mekanisasi alat pertanian yang lebih modern. Tak hanya itu, dirinya juga tengah menyiapkan sekolah-sekolah vokasi untuk mendukung regenerasi petani muda, seperti yang diharapkan oleh Presiden Jokowi.
"Untuk itu, saya sampaikan ke Pak Presiden, nggak usah khawatir Pak, InsyaAllah mudah-mudahan (bisa tercapai), karena yang pertama tadi soal ruang lingkup pertanian sedang kita kejar, teknologi-teknologi. Terus sekolah-sekolah vokasi kita juga segera akan kita resmikan. Terus juga saya lihat sendiri mekanisasi bidang pertanian juga alhamdulillah sudah maju pesat," kata Harvick.
Sebagai informasi, dalam kunjungan kerjanya di Balai Penelitian Industri dan Penyegar (Balitri) Sukabumi ini, Wamentan turut meninjau pembenihan produk utama seperti kakao, kopi, dan karet di lahan seluas 160 hektare.
Selain itu, Wamentan Harvick yang didampingi oleh Kepala pusat penelitian dan pengembangan perkebunan, Syafarudin juga meninjau alat proses Bio Teknologi dari bahan baku 1 ton CPO yang bisa menghasilkan 82 persen Bio Solar.
Alat tersebut hasil penelitian selama 15 tahun dan sudah lolos uji kelayakan dari berbagai lembaga. Namun sayangnya, bio teknologi ini masih terkendala regulasi pemasaran, sebab hal itu berada di ruang lingkup PT Pertamina (Persero). (git/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: