Implikasi Liberal Arts dalam Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

Implikasi Liberal Arts dalam Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

Oleh: Rahmad Agung Nugraha*)

ISTILAH liberal arts berasal dari kata artes liberales yang sering digunakan di Eropa pada abad pertengahan. Ini bukan pemahaman suatu seni, namun lebih mengacu pada cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah pada waktu itu.

Hal ini disebut liberal (Latin: liber, bebas), karena mereka ditujukan untuk melatih kecerdasan dari orang bebas, sebagai anti tesis dari artes illiberales, yang digunakan untuk kepentingan ekonomi.

Liberal arts bukan digunakan untuk mencari nafkah, namun untuk mempelajari sains. Biasanya kurikulum liberal arts merupakan kombinasi antara filsafat dan teologi yang disebut juga sebagai skolastikisme.

Cabang ilmu yang dipelajari liberal arts ada tujuh dan dapat diklasifikasi menjadi dua golongan terpisah. Golongan pertama adalah mempelajari tata bahasa, retorika, dan logika atau dialektika.

Dengan kata lain, golongan pertama biasanya  disebut sebagai kajian bahasa atau artes sermocinales. Golongan kedua terdiri atas aritmatika, geometri, astronomi, dan musik. Sering juga disebut sebagai disiplin matematika-fisika atau artes reales/physicae.

Golongan pertama sering dianggap sebagai grup dasar, di mana cabang-cabang ini juga disebut sebagai artes triviales, atau trivium. Secara falsafah, ini berarti suatu pertigaan pada jalan.

Sebagai kontras dari mereka, ada disiplin matematika fisika atau artes quadriviales atau quadrivium yang sering juga disebut sebagai perempatan pada jalan. 

Tujuh liberal arts adalah anggota dari sistem pembelajaran yang dimulai dari cabang bahasa sebagai tahap pertama, cabang matematika sebagai tahap kedua, dan sains sebagai tahap akhir.

Pada sistem pendidikan modern, yang termasuk ke dalam liberal arts itu adalah studi mengenai teologi, sastra, filsafat, sejarah, bahasa, matematika, dan sains. Dewasa ini sistem pendidikan liberal arts telah dipraktekkan di hampir semua universitas di Barat, dalam pendidikan tingkat undergraduate (setaraf dengan S-1 di Indonesia).

Tujuan dari liberal arts adalah untuk memberi pengetahuan umum agar para mahasiswa memiliki dasar pengetahuan kuat yang akan menjadi bekal kepada mereka dalam dunia kerja dan dalam menempuh karier profesional atau karier ilmiah yang lebih tinggi.

Apabila diinterpretasikan secara lebih luas, orang yang mendapat pendidikan liberal arts adalah orang yang bebas untuk memilih satuan atau paket mata kuliah yang diminatinya sebagai bekal apabila ia terjun di dunia kerja. Program ini pada dua muatan, yaitu dalam perspektif kurikulum pendidikan sebagai kurikulum objek kajian, dan disposisi sikap sebagai kurikulum tersembunyi.

Kurikulum objek kajian berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, mencakup sains formal, sains alam empiris, dan sains sosial empiris. Sementara kurikulum tersembunyi berhubungan dengan etos keilmuan dalam suatu disposisi sikap yang melekat pada kepemilikan ilmu.

Disposisi sikap merujuk pada kemampuan mencetuskan gagasan otentik yang mendasari sikap dan perilaku kelimuan. Pendidikan liberal art menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir dan menalar, yakni pengolahan kompetensi untuk menemukan dasar rasional bagi suatu gagasan dan sikap, disamping juga mengolah kompetensi-kompetensi yang umum dan mendasar.

Sumber: