Seminggu Hanya Dapat Uang Rp10 Ribu, Nenek Murah Kerap Menahan Lapar Karena Tidak Makan
Hidup sebatangkara di rumah yang sudah reot di RT 01 RW 10 Desa Jatilaba Kecamatan Margasari Kabupaten Tegala, seorang nenek berusia 76 tahun ini hidup memprihatinkan.
Lansia ini bernama Murah. Rumahnya yang berukuran sekitar 50 meter persegi itu tersekat menjadi tiga bagian. Yakni ruang tamu yang juga dijadikan tempat makan, ruang tidur dan dapur.
Ruang tamu yang kumuh itu hanya terdapat meja dan kursi yang sudah rusak. Sedangkan tempat tidurnya tampak lusuh dan tidak layak. Paling miris, ruang dapur. Atapnya sudah runtuh dan peralatan dapur sudah usang.
Kamar mandinya juga tidak ada atapnya. Begitu pula genteng rumahnya, sudah banyak yang bocor. Praktis, setiap turun hujan, rumahnya yang masih berlantai tanah liat itu selalu banjir.
"Hujan sedikit saja, pasti banjir. Kasur dan perabotan basah semua," kata Nenek Murah, saat ditemui di rumahnya, Selasa (7/9).
Untuk bertahan hidup, Nenek Murah, setiap harinya mencari barang rongsokan di lingkungan desa. Seperti botol bekas, kardus dan lainnya.
Setiap memungut botol bekas, Nenek Murah harus dibantu tongkat untuk berjalan. Maklum, Nenek Murah kesulitan untuk jalan kaki karena sudah lanjut usia dan tubuhnya bungkuk. Sehingga tidak bisa mencari barang bekas atau rongsokan dalam jumlah yang banyak.
Dalam sepekan, dia hanya menghasilkan uang Rp10 ribu dari barang rongsokannya yang dijualnya ke pengepul. Uang itu, digunakan untuk membeli nasi bungkus seharga Rp2.500. Dalam sehari, biasanya Nenek Murah hanya makan dua kali.
"Uang sepuluh ribu itu paling bisa untuk makan dua hari. Kalau uangnya sudah habis, kadang saya tidak makan. Kadang juga dikasih oleh tetangga atau saudara," tutur Murah yang ditinggal suaminya meninggal dunia sejak 38 tahun silam dan tidak memiliki anak.
Keponakan Nenek Murah, Waryono (60) yang tinggal berdempetan dengan rumah nenek itu menjelaskan, rumah nenek itu milik saudaranya.
Nenek Murah yang sebelumnya sempat berjualan cilok itu, kerap mendapatkan bantuan dari tetangganya. Baik berupa uang maupun makanan. Sayangnya, keluarga belum bisa merehab rumah tersebut, karena terbentur biaya.
“Sekarang banyak yang bantu, termasuk Pak Kades yang pagi tadi memberikan uang untuk membereskan rumah Nenek Murah,” kata Waryono.
Terpisah, Sekretaris Desa Jatilaba Kusen, membenarkan jika Nenek Murah hidup sebatangkara dan tinggal di rumah yang sudah rusak. Namun demikian, Nenek Murah sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Sebelum pandemi Covid-19, Nenek Murah mendapatkan bantuan beras miskin (raskin). Sedangkan selama pandemi ini, nenek itu mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD) sebesar Rp300 ribu per bulan. Walaupun tidak rutin tiap bulan, hal itu sedikit membantu Nenek Murah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: