Mereduksi Stress Academy Siswa di Masa Pandemi

Mereduksi Stress Academy Siswa di Masa Pandemi

Oleh: Rahmad Agung Nugraha

Dosen Progdi Bimbingan Konseling  dan Pascasarjana Magister Pedagogi Universitas Pancasakti Tegal

Secara umum stres diartikan sebagai suatu kondisi ketika individu merasa tertekan karena tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi beban yang dialami. 

Stres dibedakan menjadi tiga bentuk, distress yaitu stres yang merusak dapat menyebabkan individu merasa tidak berdaya, frustasi dan, kecewa. Eustress yaitu respon stres yang memuaskan dan dapat membangkitkan fungsi fisik dan psikis. Neustress yaitu respon stres yang bersifat netral serta tidak memberi akibat positif dan negatif. 

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres antara lain variabel internal seperti umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan dan status ekonomi, variabel  karakteristik kepribadian meliputi introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, locus of control, kekebalan/ketahanan, variabel sosial-kognitif meliputi dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan, variabel hubungan lingkungan sosial seperti dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam hubungan interpersonal, dan yang terakhir adalah variabel strategi koping yang merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur- unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. 

Stres dapat menyebabkan masalah serius jika tidak dikelola secara efektif yang berefek ke fisiologis seseorang seperti  jantung dan penyakit mental (gangguan kecemasan, frustrasi,  dan depresi) ini konsekuensi potensial dari tingkat stres yang tinggi. 

Masalah penyesuaian dapat dianggap sebagai masalah utama bagi seseorang dalam mengelola stress. Stres dapat terjadi dimana saja salah satunya adalah di sekolah. stres akademik merupakan tekanan dan tuntutan yang bersumber dari kegiatan akademik (stressor akademik). 

Semenjak diberlakukan  pembelajaran daring di tahun 2020, Perubahan pembelajaran ini memunculkan permasalahan-permasalahan dikarenakan terbatasnya kapasitas dalam mengawal dan mengelola perubahan daring ini, salah satunya adalah stress academy (stres akademik) siswa seperti perasaan bosan, kesepian, hingga stres yang dirasakan siswa selama proses pembelajaran daring di masa pandemi. 

Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru suatu tekanan bagi para siswa, kurangnya kemandirian siswa dalam proses pembelajaran/kurangnya adaptabilitas siswa terhadap pembelajaran daring, faktor kurangnya motivasi dalam belajar semakin memperbesar tekanan, faktor inilah yang memicu munculnya stres pada siswa. 

Guru seakan menjadi satu-satunya sumber belajar dan siswa hanya sebagai subjek pembelajaran yang pasif. Penerapan protokol social distancing yang memaksa setiap siswa harus melakukan berbagai aktivitas dari rumah ikut menyumbang terjadinya peningkatan stres pada siswa.

Pernyataan ini sesuai data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menyatakan banyak siswa merasa tertekan dan mengalami kelelahan dalam belajar hingga berujung stres selama pembelajaran daring. 

Tekanan ini antara lain disebabkan minimnya sarana pendukung pembelajaran daring seperti media dan akses internet yang memadai. Survei yang dilakukan di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota menyebutkan 73,2 persen siswa dari 1.700 responden, atau 1.244 siswa, mengaku terbebani tugas dari guru. 

Banyak para psikolog pendidikan memberikan beberapa domain stressor di sekolah. Dalam tulisan yang singkat ini, penulis mengemukakan beberapa domain stresor di sekolah, khususnya di masa pandemi ini. 

Domain stressor di sekolah tersebut adalah academic domain (aktivitas pembelajaran termasuk pemberian tugas sekolah), peer interaction domain (persepsi social distancing siswa dan interaksi siswa dengan siswa lainnya melalui online), teacher domain (intensitas komunikasi/interaksi guru terhadap siswa, persepsi sikap guru terhadap siswa dan persepsi siswa terhadap guru) dan yang terakhir adalah dicipline domain (perasaan taat dan patuh ataupun melanggar aturan/tata tertib sekolah salah satunya adalah protokol kesehatan  yang dilakukan oleh siswa).

Sumber: