Mengidentifikasikan Student Engagement (Keterlibatan Siswa) Pada Pembelajaran Online

Mengidentifikasikan Student Engagement (Keterlibatan Siswa) Pada Pembelajaran Online

Oleh: Rahmad Agung Nugraha 

Dosen Pascasarjana Magister Pedagogi Universitas Pancasakti Tegal 

Istilah engagement (keterlibatan) sudah banyak diteliti oleh para peneliti akan tetapi sulit untuk menentukan keterlibatan dalam  pembelajaran online selama ini.  

Dalam tulisan saya yang singkat ini, saya menawarkan beberapa perspektif tentang arti keterlibatan dalam lingkungan pembelajaran online dan memberikan saran kepada pendidik bagaimana meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran online. 

Tiga perspektif tersebut semoga memberikan framing yang bermanfaat dalam memberikan konsep keterlibatan siswa dalam pembelajaran online. 

Tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran online bergantung pada interaksinya. Jenis interaksi yang terjadi pada pendidikan jarak jauh mencirikan berbagai jenis keterlibatan siswa dalam lingkungan online.  

Keterlibatan siswa dalam lingkungan online tersebut adalah interaksi pembelajar dengan pendidik yang merupakan interaksi antara pelajar dan pendidik dalam menyiapkan materi pelajaran, interaksi pelajar dengan pelajar yaitu interaksi antarpelajar dengan pelajar lain dalam pengaturan kelompok tanpa kehadiran seorang pendidik/guru dan yang terakhir adalah interaksi siswa dengan konten belajar yang merupakan interaksi antara siswa  dengan materi belajar seperti teks, artikel, slide, kesimpulan  presentasi, rekaman audio, dan lainnya yang sifatnya didaktik. 

Dari jenis interaksi yang sudah saya sebutkan di atas dialog dan umpan balik antara peserta didik dan guru (yaitu interaksi pelajar-guru) merupakan inti dari pendidikan dan pembelajaran. 

Produktivitas pembelajaran terjadi ketika seorang guru merancang dan menyajikan materi atau kegiatan kepada peserta didik yang kemudian terlibat dengan tindakan dan merefleksikannya. 

Selanjutnya, peserta didik menanggapi pemahaman materi  langsung dari guru. Hal ini kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti oleh guru sebelum siklus baru dimulai di mana guru dapat memilih untuk menyajikan kembali materi atau kegiatan, memperbaiki atau memberikan umpan balik kepada peserta didik. 

Ketika memasuki interaksi dan keterlibatan antara pelajar, kita dapat memikirkan pembelajaran berbasis teman sebaya atau kerja kelompok buah pemikiran dari Piaget (1960) dan Vygotsky (1978) sedangkan interaksi  peserta didik dengan konten, kebanyakan para peneliti sejak  tahun 1960-an tertarik pada bagaimana siswa dapat berinteraksi dengan media digital dan bagaimana meningkatkan keterlibatan dalam pembelajarannya, interaksi siswa dengan konten direfleksikan oleh instruksi langsung (membaca, menonton, mendengarkan) dan mempraktekkan sehingga pembelajarannya lebih kearah konstruktivis dengan harapan siswa akan menyelidiki, mengeksplorasi dan menemukan dan mengembangkan pemahaman diri dengan keterlibatannya dengan lingkungan pembelajaran online. 
Munculnya interaktif multimedia  di akhir abad ke-20 membuat para peneliti pendidikan sangat tertarik pada keterlibatan siswa dalam lingkungan digital/online. 

Interaktif  multimedia memberikan asumsi yang mendasari beberapa asumsi yang belum teruji mengenai interaksi pembelajaran digital atau online yang menarik bagi siswa sehingga mendorong siswa belajar. Penelitian pendidikan, khususnya penelitian  interaksi manusia dengan komputer telah membuka konsep interaktivitas dengan mempertimbangkan hubungan keterlibatan siswa dalam belajar.  Perbedaan mendasar yang timbul dari penelitian-penelitian tersebut adalah keterlibatan perilaku siswa dengan lingkungan pembelajaran online (seperti mengklik, menavigasi, mengirimkan, mendownload, menyimpan dll) dengan keterlibatan kognitif pada lingkungan pembelajaran online. 

Hal ini dilakukan untuk melihat siswa memikirkan dan mengerjakan materi pembelajaran menggunakan kognitifnya. Peneliti pendidikan berpendapat bahwa jenis keterlibatan ini tidak selalu secara intrinsik terhubung, artinya, seorang siswa dapat terlibat dalam subjek online dengan mengklik melalui situs tertentu dan meninjau materi (keterlibatan perilaku) bisa juga tidak tertarik (keterlibatan kognitif). Melalui desain lingkungan belajar online yang dirancang guru dapat mendorong keterlibatan perilaku dan kognitif. 

Misalnya, jika seorang siswa membangun peta konsep menggunakan alat/media online (keterlibatan perilaku), dapat diasumsikan bahwa siswa juga akan terlibat lebih dalam pada tingkatan kognitif (menggunakan pembelajaran atau kognitif). Namun, banyak mata pelajaran yang disampaikan secara online, baik pekerjaan rumah/tugas, tidak seperti ini. 

Sumber: