Pandemi Tak Menyurutkan Semangat Ruslani, Pedagang di Kawasan Wisata yang Kini Jadi Petani Jahe Merah

Pandemi Tak Menyurutkan Semangat Ruslani, Pedagang di Kawasan Wisata yang Kini Jadi Petani Jahe Merah

Pandemi Covid-19 membuat Ruslani (49), seorang pedagang di kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, harus memutar otak. 

Setelah lebih dari 10 tahun berbisnis kuliner di kawasan itu, dengan penghasilan mapan, kini dia harus pulang ke kampung halamannya di Desa Muncang Kecamatan Bodeh, Pemalang, untuk menanam jahe merah.

Keputusannya itu punya alasan yang kuat. Sebab objek wisata yang selama ini diandalkannya meraup rezeki, kini tutup karena wabah corona. 

"Kalau kita pasrah dengan keadaan, ya susah, harus putar otak cari penghasilan baru," kata Ruslani, saat ditemui wartawan radartegal.com, Senin (24/5).

Pandemi Covid-19 diakui telah membelokkan garis hidupnya. Namun semangat Ruslani tidak redup. Lebih-lebih ada dua anaknya yang kini masih membutuhkan biaya pendidikan.

Setibanya di kampung kelahirannya itu, mula-mula Ruslani mencoba peruntungan dengan beternak belut. Ia membuat kolam di sepetak kebun miliknya, menyiapkan banyak bibit belut serta membeli perlengkapan budidaya. Namun sial, dua hari menjelang panen, belutnya ludes digondol maling. 

"Coba bayangkan rasanya, tinggal dipanen malah habis dicolong maling," katanya diselingi senyum. 

Dari pengalaman pahit itulah Ruslani lalu beralih untuk menanam jahe. Ia menanam jahe di kebun, juga di pelataran rumahnya dengan polybag.

Rupanya setelah hampir satu tahun menggeluti jahe merah, perlahan-lahan ia pun mulai merasakan hasilnya.

"Ternyata jahe bagus sekali, nggak perlu perawatan khusus, selain itu harganya juga cenderung stabil," tuturnya. 

Sembari merawat jahe, Ruslani bersama istri juga membuka warung kopi di kampung halamannya untuk mencukupi kebutuhan harian keluarganya.

Bahkan kini, agar penghasilannya tetap mengalir dari berkebun, dia mulai menanam cabai yang bisa dipanen bulanan. Kemudian untuk tanaman jangka panjang, dia juga telah menanam lebih dari 2000 bibit porang. 

Bersama keluarganya, Ruslani kini optimistis menetap di kampung. Kelak setelah pandemi usai, dia bahkan sudah tidak berkeinginan untuk kembali ke Jakarta. Ada banyak hal yang bisa diolah di kampung sendiri, begitulah dia sering berkata. (sul/ima)

Sumber: