Pungut Biaya dari Tarik Tunai dan Cek Saldo di ATM Link, Pengamat: Bakal Jadi Bumerang

Pungut Biaya dari Tarik Tunai dan Cek Saldo di ATM Link, Pengamat: Bakal Jadi Bumerang

Langkah perbankan memungut uang untuk cek saldo dan tarik tunai di ATM dinilai justru bisa menjadi bumerang atau merugikan perbankan sendiri.

Hal ini seperti dikatakan Pengamat Ekonomi Nur Bau Massepe menanggapi penerapan biaya untuk transaksi cek saldo dan tarik tunai di ATM dengan logo ATM Link mulai 1 Juni 2021 mendatang bagi nasabah pemilik rekening dan ATM bank Himbara seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Padahal sebelumnya transaksi ini tidak dikenakan biaya alias gratis bagi nasabah.

Tarif mengecek saldo Rp2.500, sementara untuk penarikan tunai akan dibebani biaya administrasi Rp5.000. Sementara itu, biaya transfer akan dikenakan biaya Rp4.000 atau tidak berubah.

“Karena selama ini juga sudah dikenal fee transaksi kalau pake link, tapi kalau dinaikkan biaya, konsumen bisa akan berpindah ke platform bank digital yang biayanya hampir zero (nol),” katanya, Sabtu (22/5).

Padahal ada beberapa platfrom bank digital seperti Jenius milik bank BTPN yang malah nol biasa transfer antar rekening non BTPN.

“Cuma mereka kasih biaya adminstrasi perbulan apalagi kalau menggunakan platform digital layanan seperti OVO, Gopay,” paparnya dikutip dari Fajar.

Ia juga membenarkan pendapatan terbesar perbankan memang didapatkan dari transaksi fee atau dikenal dengan fee based income dan e-chanel seperti ATM, dan kartu kredit.

“Cuma kalau terlalu tinggi juga sebagai konsumen kita dirugikan pastinya,” bebernya.

Perbankan pada dasarnya juga menggarap layanan digital misalnya mobile bangking. Di dalamnya ada sistem pembayaran elektronik. Hanya saja layanan tersebut masih kerap dikeluhkan nasabah.

Pengguna uang elektronik, Andi Chairiza, karyawan salah satu perusahaan swasta di Makassar menyampaikan ia termasuk yang sangat aktif bertransaksi dengan uang digital. Hanya saja metode pembayaran digital dari perbankan masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan dompet digital.

“Kalau bayar online lumayan bagus, tetapi kalau mau bayar saat belanja langsung itu kadang EDC-nya bermasalah atau tidak ada jaringan atau ada tambahan biaya jika beda bank dengan mesin EDC-nya,” akunya.

Keluhan terhadap belum optimalnya infrastruktur pembayaran uang digital perbankan tersebut, berbeda dibandingkan jika memakai dompet digital seperti OVO, dan DANA.

“Saya anggap lebih memudahkan yang dompet digital sih,” bebernya.

Apalalagi menurutnya dompet digital menawarkan banyak promo dan biaya admin yang gratis. Ini menjadi daya tawar yang banyak disukai konsumen seperti dirinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: