Tantangan Generasi Milenial dalam Mencari Pekerjaan di Masa Pandemi Covid-19

Tantangan Generasi Milenial dalam Mencari Pekerjaan di Masa Pandemi Covid-19

Oleh: Faisal Gunawan (4318500033)

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPS Tegal

Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak nomor empat di dunia dengan total penduduk mencapai 273 juta jiwa. Banyaknya penduduk di Indonesia tidak serta-merta menjadikan negara Indonesia menjadi negara makmur. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang tinggi tidak dibarengi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tinggi juga. Sehingga terciptalah jumlah pengangguran yang mencapai 9,77 juta jiwa. 

Di tengah pusingnya pemerintah mengatasi permasalahan yang terjadi, pada awal tahun 2020 muncul lagi masalah baru yaitu pandemi Covid-19 yang memukul bagi semua orang tak terkecuali generasi milenial.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan berbagai sektor di Indonesia, terutama sektor Industri dan Pariwisata yang luluh lantah akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Akibatnya perusahaan berbondong-bondong mengurangi jumlah tenaga kerja agar beban perusahaan berkurang. Hal ini menjadi tantangan besar bagi generasi milenial yang baru saja lulus dari bangku kuliah. 

Berharap mendapat pekerjaan yang diimpikan malah harus berhadapan dengan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, hingga pada akhirnya mereka harus menghadapi persaingan yang lebih ketat dari biasanya ditambah lagi jumlah lapangan pekerjaan yang terus berkurang di masa pandemi.

Data Badan Statistik pada Februari 2020 menyatakan bahwa tingkat pengangguran tertinggi datang dari kelompok usia 15-24 tahun sebesar 16,28%. Bahkan angka dari kelompok ini selalu menempati posisi puncak selama 3 tahun terakhir. Selain itu tingkat pengangguran muda usia 15-24 tahun di Indonesia juga tercatat selalu menempati posisi teratas kedua di kawasan Asia Tenggara sejak dua setengah dekade lalu setelah Brunei Darussalam.

Pemerintah bukan hanya diam, berbagai bantuan telah di salurkan kepada masyarakat yang terdampak dari Covid-19, seperti bantuan sembako, bantuan sosial tunai, BLT dana desa, subsidi listrik, kartu prakerja, subsidi gaji karyawan hingga BLT usaha mikro kecil. Tetapi karena sistem yang buruk, banyak terjadi berbagai masalah yang membuat bantuan sosial ini tidak efektif untuk mengatasi berbagai masalah di masyarakat. Pada akhirnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah berkurang hingga masyarakat tidak lagi berharap kepada pemerintah melainkan harus menghadapinya secara mandiri.

Generasi milenial dituntut mengubah pola pikir untuk terus bisa menghadapi berbagai masalah saat pandemi Covid-19 terutama dalam mencari pekerjaan. Semua dari kesulitan yang terjadi pasti ada sedikit celah yang harus di gali agar bisa mendapat jalan keluar dari berbagai masalah ini. 

Di balik banyaknya sektor yang hancur, ada pula sektor yang diuntungkan akibat pandemi Covid-19 ini dan generasi milenial harus peka mengambil peluang tersebut. Salah satu contoh nyatanya adalah meningkatnya transaksi jual beli online yang jika peluang tersebut di ambil generasi milenial, maka tak ada lagi alasan untuk menggantungkan nasibnya kepada pemerintah.

Tidak hanya menunggu dan berharap pandemi ini selesai, di saat pandemi Covid-19 juga menjadi momen untuk terus memperbaiki dan mengembangkan diri untuk mempersiapkan dengan keadaan new normal hari esok. 

Gunakanlah waktu tersebut sebaik-baiknya untuk terus mengembangkan bakat dan potensi serta meningkatkan jaringan karena hari esok mungkin saja persaingan akan lebih ketat karena jumlah pengangguran yang akan terus bertambah. 

Pelajari juga hal-hal baru, jangan berpatokan pada kompetensi lama karena kompetensi setelah new normal jelas akan sangat berbeda mengingat pandemi Covid-19 ini telah merubah pola pikir serta kebiasaan di masyarakat.

Sumber: