JI Rekrut Lulusan Terbaik Pondok Pesantren Jadi Calon Jihadis ke Tiga Negara Timur Tengah

JI Rekrut Lulusan Terbaik Pondok Pesantren Jadi Calon Jihadis ke Tiga Negara Timur Tengah

Polisi membongkar jaringan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI). Kelompok ini merekrut lulusan terbaik di berbagai pondok pesantren (ponpes) untuk menjadi calon jihadis.

Selanjunya, mereka mengirim kader mudanya itu ke tiga negara di Timur Tengah. Yakni Suriah, Palestina dan Yordania. Surat wasiat pun sudah disiapkan.

"Sebelumnya hanya di Suriah saja. Perkembangannya, ada tambahan lagi dua negara yang menjadi tujuan JI. Yaitu Palestina dan Yordania. Sebelum berangkat, mereka dilatih terlebih dahulu di Jawa Tengah," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/1).

Hingga saat ini, Amir JI, Para Wijayanto alias Abang alias Aji Pangestu alias Abu Askari, sudah mengirimkan 7 angkatan ke Suriah. Pengiriman anggota dimulai sejak 2013 hingga 2018.

"Menurut keterangan Wijayanto, mereka sudah mengirim kader mudanya ke Suriah sejak 2013 sampai 2018. Sudah ada 7 angkatan yang dikirim ke sana," imbuh Argo.

Para kader muda JI yang dikirim sudah memiliki keahlian berbeda. Mulai dari ahli IT, merakit bom, senjata berat, hingga manajemen. "Para kader muda JI yang dikirim ke Suriah itu yakni kelompok 10 sampai 12 orang mempunyai paket lengkap. Karena, paket lengkap itu mempunyai kemampuan dasar. Misalnya bela diri, dan juga ahli IT. Selain itu, ada juga ahli medis, ahli bahasa, kemudian ahli manajemen," paparnya.

Masing-masing kader muda JI yang dikirim ke Timur Tengah dibekali surat wasiat. Nantinya, surat wasiat itu akan diserahkan ke pihak keluarga jika kader tersebut meninggal dunia.

"Setiap kader muda JI yang diberangkatkan ke Suriah sudah dibekali surat wasiat. Dari keterangan yang diperoleh, surat tersebut dipegang oleh Amir. Seandainya ada yang mati syahid di sana, surat wasiat itu akan ditunjukkan ke keluarganya. Pengurus JI juga akan memberikan santunan untuk keluarga jihadis," jelas Argo.

Lebih lanjut, Argo menyampaikan para kader muda JI juga menjadi pelatih bela diri bagi anggota kelompok teroris negara lain yang berada di Suriah. Mereka juga belajar cara merakit bom hingga menggunakan senjata berat.

"Tentunya bahwa di sana anggota JI muda yang sudah dilatih bela diri, di sana menjadi pelatih juga. Dia juga melatih negara-negara lain yang berlatih di sana, seperti ada fraksi jihad ISIS, Jabah Nusrah, Frisilia Army, Akhor masyarakat asli Suriah, dan Tahlir Ahsam. Ini semua keterangan dari Amir, Para Wijayanto," terang Argo.

Selama berada di Suriah, kata Argo, anggota JI ini juga ikut berperang dan menjaga di perbatasan. Terkait peran Para Wijayanto, polisi menyebut dia adalah pimpinan tertinggi JI. Dia sudah menjadi Amir JI selama 11 tahun.

"Dia pemimpin tertinggi organisasi teroris JI tahun 2008 sampai 2019. Sebelum jadi amir, Para Wijayanto ini adalah sebagai pemimpin tertinggi jajaran JI. Dengan jabatan itu, Wijayanto mempunyai wilayah teritorial di Jateng," ucapnya.

Sebelum dipimpin Wijayanto, JI sempat vakum selama satu tahun. Selain itu, juga dia mengelola personel JI di Jateng. Sejak tertangkapnya Zarkasih tahun 2005 dan juga panglima Ashari yaitu Abu Dujana tahun 2007, JI sempat mengalami kekosongan pimpiann. Itu terjadi sekitar 2007 hingga 2008.

Selama memimpin JI, Wijayanto berfokus berdakwah hingga merekrut anggota baru. Saat memimpin JI, Wijayanto juga mengubah konsep JI. "Dia juga mengubah struktur dan konsep yang lama. Dari berdasarkan Pukji atau pedoman umum pejuang JI diganti dengan konsep tastos. Artinya total solution," sambung Argo. (rh/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: