Alat Pendeteksi Covid-19 lewat Embusan Napas Buatan UGM Sudah Dijual Rp62 Juta
Alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) GeNose atau Gadjah Mada Electronic Nose siap dipasarkan setelah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alat deteksi covid-19 melalui embusan napas ini kabarnya sudah dapat dipesan dan dijual dengan harga Rp62 juta per unit.
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, bahwa geNose akan mempercepat deteksi, memperkuat mitigasi risiko penyebaran pandemi dengan testing dan tracing.
"Alat skrining ini sudah dapat dipesan dan dijual dengan harga Rp62 juta per unit. Jika melihat kemampuan dan kemudahan yang ditawarkan alat tersebut sangat sepadan," kata Bambang di Jakarta, Senin (28/12).
Menurut Bambang, sedikit mahalnya alat ini karena kebutuhan elektrikal dalam mesin GeNose tidak semua tersedia di dalam negeri. Selain itu, data pemeriksaan juga dapat tersimpan dengan baik dengan terhubung ke cloud system.
"Untuk membantu proses tracing dan tracking sudah ke Internet of Things. Artinya, alat ini juga dapat digunakan untuk membuat pergerakan-pergerakan besar misalnya di bandara, terminal, stasiun, di kampus, kantor maupun event-event besar," terangnya.
Bambang menjelaskan, bahwa alat ini bisa dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka waktu yang lama. Artinya, setelah batas jumlah pasien tercapai, alat ini bisa digunakan kembali melalui perawatan dari inovator.
"Alat GeNose ini memiliki kemampuan screening hingga 100 ribu sampel. Alat ini juga dapat di-reset ulang untuk melakukan screening kembali dengan kemampuan yang sama," jelasnya.
"Untuk sensitivitas mengenali virus, GeNose berada di angka 92 persen. Begitu juga dengan kecepatan deteksi yang hanya memakan waktu paling lama lima menit," imbuhnya.
Sejak mendapat izin edar pada 24 Desember 2020, beberapa rumah sakit telah menggunakan GeNose. Di antaranya adalah RS Bhayangkara di Yogyakarta, RS dr. Kariadi di Semarang, Rumah Sakit dr. Moewardi Solo, dan Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS).
"Kami menargetkan jika pada Februari produksi GeNose sudah mencapai 5.000 unit. Agar alat screening ini lebih masif digunakan di tengah masyarakat," tuturnya.
Sementara itu, Anggota Tim Pengembang GeNose, Dian K. Nurputra menyebut, bahwa Singapura adalah salah satu negara yang telah ikut memesan alat deteksi covid-19 tersebut.
"Secara spesifik sudah ada, dari Singapura, dari salah satu perusahaan besar yang basisnya di Singapura," kata Dian.
Kendati sudah ada peminat pembeli, kata Dian, pihaknya masih berfokus untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Sebab, kapasistas produksi GeNose sendiri masih terbatas.
"Hanya memang kita masih memprioritaskan permintaan dalam negeri dulu, karena kapasitas kita masih terbatas," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: