Kepatuhan Warga Pakai Masker Hanya 59,32 Persen

Kepatuhan Warga Pakai Masker Hanya 59,32 Persen

Satgas Penanganan COVID-19 menyebut tingkat kepatuhan masyarakat memakai masker untuk mencegah penyebaran COVID-19 hanya 59,32 persen.

"Ini sangat disayangkan. Trennya terus memperlihatkan penurunan terkait kepatuhan individu dalam memakai masker, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito di Graha BNPB Jakarta, Jumat (4/12).

Pengumpulan data itu dilakukan pada periode libur panjang pada 28 Oktober - 1 November 2029. Tren penurunan tersebut terpantau terus berlanjut hingga 27 November 2020.

"Persentase kepatuhan memakai masker 59,32 persen. Sedangkan menjaga jarak 43,46 persen," jelasnya.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan. Masyarakat dinilai mengabaikan disiplin 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak).

"Tingkat ketidakpatuhan memakai masker tertinggi di restoran dan kedai 30,8 persen. Di rumah 21 persen, tempat olahraga publik 18,8 persen. Kemudiandi jalan umum sebesar 14 persen dan tempat wisata 13,9 persen. Nyatanya, persentase kepatuhan menjaga jarak hanya 59,20 persen. Bahkan menurun hingga 42,53 persen," ucapnya.

Dari peta zonasi kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak di 512 kabupaten/kota, hanya kurang dari 9 persen kabupaten/kota yang patuh memakai masker.

Masalah ketidakpatuhan masyarakat tersebut berdampak pada penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif. Bahkan dalam beberapa hari belakangan mencetak rekor-rekor baru peningkatan kasus.

"Sayangnya, penambahan kasus positif harian terus meningkat," tuturnya.

Hal ini, lanjut Wiku, menandakan laju penularan COVID-19 masih terus terjadi. Masyarakat harus sadar akan dampak dari kelalaian terhadap protokol kesehatan.

"Mohon masyarakat sadar. Langkah kecil untuk mencuci tangan secara teratur, dengan memakai masker yang benar. Usahakan untuk menjaga jarak satu sama lain. Hal ini sangat berdampak bagi kehidupan banyak umat manusia," pungkas Wiku. (rh/zul/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: