Kembali Serang, Ferdinand Hutahaean Sebut Anies Baswedan Culas

Kembali Serang, Ferdinand Hutahaean Sebut Anies Baswedan Culas

Tiga tahun memimpin Ibu Kota Jakarta, Ferdinand Hutahaean menilai kegagalan Anies Basweda sebagai gubernur DKI Jakarta hampir paripurna.

Bahkan, dia menyebut kepemimpinan itu dijalankan Anies dengan culas. Mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean itu terus mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

“Kalau buka KBBI dan mencari makna kata culas, maka kira-kira artinya adalah curang; tidak jujur; tidak lurus hati. Dan bila mengacu pada arti kata tersebut, maka seseorang yang culas, amatlah tidak patut menjadi teman, sahabat, guru atau jadi pemimpin,” ucap Ferdinand kepada jpnn.com, Minggu (8/11).

Menurut Ferdinand, sejak dilantik sebagai gubernur oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2017, Anies telah memimpin Jakarta selama tiga tahun yang penuh drama, keriuhan dan bahkan kegaduhan bantah lisan akibat klaim keberhasilan di atas kegagalannya.
 
“Tiga tahun tanpa kinerja dan tak satu pun yang bisa dibanggakan secara bersama oleh rakyat Jakarta, kecuali klaim keberhasilan semu yang dibanggakan secara hiperbolik oleh para pendukungnya,” lanjut Ferdinand. 

Dia menuturkan bahwa sejak tahun pertama hingga tahun ketiga, program-program Anies dalam kampanyenya 2017 lalu belum ada yang terealisasi hingga kini.

Bahkan, Anies semakin menjauh dari harapan akan menepati janji karena saat ini waktu sudah dipergunakan untuk mempersiapkan diri pada agenda politik berikutnya yaitu Pilkada Jakarta 2022, atau jangan-jangan sudah berpikir untuk Pilpres 2024.

“Tahun pertama hingga tahun ketiga itu pun publik selalu ramai dengan kegagalan yang dianggap keberhasilan oleh pendukung Anies,” sebut politikus yang pernah memimpin Barisan Relawan Jokowi Presiden atau Bara JP ini.

Dia pun menyodorkan sejumlah bentuk kegagalan Anies Baswedan memimpin Jakarta. Mulai penanganan banjir, normalisasi kali atau naturalisasi versi Anies yang tidak jelas, pencemaran udara tak kunjung turun, dan kesejahteraan rakyat Jakarta tak juga membaik.

Selain itu, pengangguran bertambah bahkan di atas rata-rata angka nasional yaitu sebesar 10,95 persen, sementara rata-rata nasional berada di angka 7,7 persen. 

Lalu, angka kemiskinan DKI Jakarta naik sebesar 1,11 persen yang merupakan kenaikan tertinggi di Indonesia yang semula 3,42 persen pada September 2019, menjadi 4,53 persen pada Maret 2020.

“Bukankah ini deretan kegagalan yang paripurna? Kembali kepada kata culas, dengan data dan informasi itu, apakah kata culas layak disematkan kepada Anies karena selalu berbangga dan merasa berhasil memimpin Jakarta dan dipuja para pendukungnya sebagai gubernur yang sukses? Belum bisa jawab? Baiklah kita tambah data dan informasi,” tutur Ferdinand.

Dia lantas menyebut bahwa pada September 2020, Anies meminjam dana dari pusat sebesar Rp12,5 triliun dengan status sebagai dana PEN yang bertujuan untuk Peningkatan Ekonomi. Namun, katanya, utang itu justru digunakan sebesar Rp3,26 triliun di tahun 2020 untuk infrastruktur.

Kemudian, untuk pengendalian banjir Rp1 triliun, peningkatan layanan air minum Rp14,9 miliar. Berikutnya, untuk pengolahan sampah Rp91,67 miliar, transportasi Rp768,14 miliar, sektor pariwisata untuk revitalisasi TIM Rp200 miliar dan infrastruktur olahraga Jakarta International Stadium Rp1,18 triliun.

“Pengendalian banjir satu triliun rupiah untuk yang mana? Normalisasi tak jelas juga. Tetapi yang paling menarik dari dana triliunan itu adalah dana Rp200 M untuk TIM dan Rp1,18 T untuk Jakarta International Stadium,” sebut direktur eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) ini.

Sumber: