Pendeta Yeremia Zanambani Diduga Wadanramil Hitadipa

Pendeta Yeremia Zanambani Diduga Wadanramil Hitadipa

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merampungkan penyelidikan peristiwa kematian Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua, 19 September lalu.

Berdasarkan hasil penyelidikan itu, Komnas HAM menduga Wakil Danramil Hitadipa Alpius Hasim Madi menjadi pelaku langsung penyiksaan dan atau extra judicial killing terhadap Pendeta Yeremia.

Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Choirul Anam mengatakan dugaan tersebut ditemukan berdasarkan pengakuan Pendeta Yeremia terhadap dua saksi. Dugaan tersebut, sambungnya, juga diperkuat dengan pengakuan saksi-saksi lain yang melihat Alpius berada di sekitar TKP pada waktu kejadian.

"Diduga bahwa pelaku adalah Saudara Alpius, Wakil Danramil Hitadipa, sebagaimana pengakuan langsung korban sebelum meninggal dunia kepada dua orang saksi, dan juga pengakuan saksi-saksi lainnya yang melihat Alpius berada di sekitar TKP pada waktu kejadian dan tiga atau empat anggota lainnya," ujar Anam dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring, Senin (2/11).

Anam menyatakan, pihaknya juga menemukan rangkaian peristiwa menjelang kematian Pendeta Yeremia pada 17-19 September. Anam mengungkapkan, kasus bermula saat penembakan dan kematian Serka Sahlan serta perebutan senjatanya. Hal ini mendorong dilakukannya penyisiran dan pencarian terhadap senjata yang dirampas oleh TPNPB/OPM.

"Patut diduga terdapat perintah pencarian senjata yang telah dirampas pada peristiwa tanggal 17 (Setember) dan anggota TPNB/OPM. Pemberi perintah ini patut diduga merupakan pelaku tidak langsung," kata Anam.

Dikatakan Anam, warga Hitadipa dikumpulkan pada pukul 10.00 WIT dan 12.00 WIT guna pencarian senjata serta mengirim pesan agar senjata segera dikembalikan dalam kurun 2-3 hari. Dalam pengumpulan massa tersebut, kata Anam, nama Pendeta Yeremia beserta lima orang lainnya disebut-sebut dan dicap sebagai musuh salah satu anggota Koramil di Distrik Hitadipa.

Namun tidak lama berselang, sekitar pukul 13.10 WIT, terjadi penembakan terhadap salah seorang Anggota Satgas Apter Koramil di pos Koramil Persiapan Hitadipa atas nama Pratu Dwi Akbar Utomo. Penembakan Pratu Dwi Akbar juga memicu rentetan tembakan hingga sekitar pukul 15.00 WIT.

Tim lainnya, yang terdapat Alpius, diduga melakukan operasi penyisiran guna mencari senjata api yang dirampas. Penyisiran Alpius dan pasukannya juga dilihat oleh warga sekitar, termasuk di antaranya istri korban Pendeta Yeremia, Mama Miryam Zoani.

Anam mengatakan, Alpius disebut menuju kandang babi sekitar waktu penembakan Pendeta Yeremia. Di saat bersamaan, sambungnya, terdapat peristiwa pembakaran terhadap rumah dinas kesehatan Hitadipa lantaran lokasi itu diduga sebagai asal tembakan terhadap Pratu Dwi Akbar atau tempat persembunyian TPNPB/OPM.

"Setidaknya, dua orang saksi melihat api dan asap, serta sisa bara api dari lokasi kebakaran," kata Anam.

Sekitar pukul 17.50 WIT, Anam menyatakan, Pendeta Yeremia ditemukan sang istri di dalam kandang babi dengan posisi tertelungkup dan terdapat banyak darah di sekitar tubuhnya. Di lengan kiri Pendeta Yeremia juga terdapat luka terbuka dan mengeluarkan darah.

Anam menyampaikan, Pendeta Yeremia mengalami penyiksaan berupa tembakan ke lengan kiri yang berjarak kurang dari satu meter. Pendeta Yeremia juga mengalami tindakan kekerasan lain berupa jeratan baik menggunakan tangan ataupun alat untuk memaksanya berlutut yang dibuktikan dengan jejak abu tungku di lutut kanan korban.

Akan tetapi, berdasarkan pemeriksaan Komnas HAM, kematian Pendeta Yeremia bukan disebabkan secara langsung akibat luka di lengan kiri ataupun tindak kekerasan lainnya. Melainkan, akibat kehabisan darah lantaran luka tersebut bukan berada di titik yang fatal dan korban masih hidup hingga setidaknya 5-6 jam pasca ditemukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: