Sindir Pihak yang Kesal dengan Pemerintah dan KPK, Cucu Presiden ke-3: Sebaiknya Diam
Setahun usia gerakan #reformasidikorupsi menentang Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) masih melekat di benat musisi, Melanie Subono mengenang .
Cucu Presiden ke-3 BJ Habibie itu masih ingat betul, pada tahun lalu massa mahasiswa, masyarakat sipil, bahkan siswa dari berbagai daerah turun ke jalan hingga berujung ricuh dengan arapat keamanan.
Setahun juga usia tato ‘Panjang Umur Perlawanan 1998-2019’ yang terpampang di tangan kanannya. Melanie ingat bagaimana dirinya ikut turun ke jalan dan sempat dimaki netizen hingga beberapa teman artis.
"Kita merenung dan “hening cipta” dulu sebentar yuk kawan. Setahun umur tato ini di tangan, setahun usia gerakan #reformasidikorupsi. Asal tahu, tahun lalu gue lagi dimaki dan dimusuhi banyak netizen baper sotoi dan teman artis terutama yang buzzer,” ungkapnya, Senin (28/9), lewat unggahan Instagramnya.
Saat itu, Melanie ingat benar banyaknya yang kontra aksi massa itu dengan berbagai pertanyaan, seperti “ngapain sih demo sampai pakai kekerasan, turun ke jalan, bikin macet, bikin rusak, bikin gue repot dan lain-lain?”
“Hari ini orang-orang yang sama, lagi gelisah dan kesal sama pemerintah juga karena banyak hal, “Kok KPK gitu ya?”, “Kok pemerintah enggak berpihak ke rakyat ya?”, “rakyat makin susah” dan kok kok lainnya,” lanjut Melanie.
Dan, untuk yang mempertanyakan hal di atas, Melanie tegas mengatakan sebaiknya diam. Sebab, apa yang dikeluhkan saat ini, itulah yang disuarakan mahasiswa tahun lalu.
“Well, SHUT UP! Itulah yang diperjuangkan mahasiswa sampai kalian cap bikin repot bikin macet, anarkis dan lain-lain (padahal sejuta upaya penyampaian pesan damai sudah dicoba dan anarkis tidak pernah dimulai dari demonstran murni),” tegasnya.
Melanie sedih setahun berlalu semuanya memburuk. “Yang terpilih lebih suka memikirkan perut, kantong dan gengnya dia sendiri,” sentilnya.
Meski begitu, Melanie memastikan tidak akan kapok turun ke jalan. “Kapok turun ke jalan? Tidak. Karena kami lebih baik dari kalian yang cuma ngomel di medsos, walaupun belum menang sekalipun. Toh, kemenangan nanti, kalian juga yang nikmati,” ungkapnya.
Diapun mengingatkan bahwa berbagai kemudahan yang dinikmati saat ini semua dilakukan dengan perjuangan yang tak mudah. “Ingat, di balik kebebasan orang main medsos hari ini, ada aktivis meninggal dan diculik perjuangkan itu. Di balik perempuan enak bisa ajuin cuti haid atau hamil, ada seorang Marsinah yang dibunuh dan lain-lain. Yang kita nikmati hari ini, pernah dibayar nyawa oleh orang lain, jadi kalau lo enggak bisa hargai itu, SHUT UP!,” sebutnya.
“Hormat gue untuk kawan-kawan yang meninggal, terluka, ditahan dan lain-lain pada perjuangan tahun lalu,” pungkasnya. (pojoksatu/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: