Satgas Covid-19 Pastikan Gelombang Pertama Virus Corona Belum Usai
Wiku mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus korona ini bisa menyerang dengan menunggu masyarakat lengah dan tidak mematuhi protokol kesehatan. Oleh karena itu, dia mendorong agar masyarakat semakin sadar dalam menerapkan protokol kesehatan dan mengubah perilaku hidup di masa pandemi.
”Kunci menghadapi penyakit ini pada perubahan perilaku yang memang sulit untuk Asia khususnya Indonesia karena berbenturan dengan budaya,” ungkap Wiku.
Menurut dia, masyarakat Indonesia secara budaya sulit untuk menjaga jarak karena selalu ingin dekat dengan keluarga, kerabat, dan teman. Kondisi ini berbeda dengan masyarakat di negara Barat yang biasa hidup individualis sehingga tidak sulit untuk menjaga jarak.
Wiku menambahkan pada kebiasaan memakai masker juga sulit diterapkan secara disiplin oleh sebagian masyarakat Indonesia yang secara budaya juga senang berinteraksi, khususnya pada masyarakat kelompok ekonomi bawah yang masih merasa aneh untuk menggunakan masker.
”Penyakit ini menularnya cepat kalau tidak pakai masker,” tambah dia.
Oleh karena itu, Wiku menambahkan dalam menangani penyakit ini perlu pendekatan budaya, bukan pendekatan medis, karena sebanyak apa pun fasilitas dan tenaga medis yang disiapkan tidak akan cukup apabila masyarakat tidak mengubah perilakunya di masa pandemi.
”Tidak akan mampu bangsa ini menghadapi penyakit dengan cara kuratif karena mendidik dokter dan bangun fasilitas medis lama sekali,” kata Wiku.
Dia menambahkan walaupun saat ini ada harapan dari pengembangan vaksin dengan jumlah produsen yang banyak, namun ketersediaannya sangat terbatas. Selain itu, masa pengembangan vaksin juga relatif singkat sehingga efektivitas dan keamanannya belum teruji, dengan kekebalan mungkin hanya bertahan 1 tahun dan perlu penyuntikan ulang setelahnya.
”Kita tidak tahu efektivitas dan keamanannya, tapi vaksin ini pilihan untuk mencegah Covid-19,” imbuh Wiku.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo lagi-lagi hanya meminta agar seluruh lapisan masyarakat memahami dan sadar bahwa manusia menjadi perantara utama menularnya virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19.
Dalam hal ini, perantara penularan penyakit Covid-19 berbeda dengan flu burung atau flu babi. Penularan virus corona jenis baru itu terjadi setelah ada kontak langsung dari orang-orang terdekat.
”Covid-19 ini yang menyebarkan bukan seperti flu burung atau flu babi. Flu babi dan flu burung ditularkan oleh hewan, Covid-19 ini ditularkan oleh manusia,” jelas Doni.
Adapun menurut Doni, terjadinya penularan penyakit yang menyerang sistem pernafasan itu justru berasal dari orang-orang yang terdekat dan berada di lingkup sekitar. Dengan kata lain, orang-orang terdekat ini saling mengancam apabila tidak menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.
”Dan bukan orang yang jauh dari kita. Yang menulari kita adalah orang yang terdekat, siapa orang terdekat, yakni keluarga, saudara, sanak, famili atau teman sekerja. Itulah yang berpotensi. Jadi sebenarnya kita yang terdekat satu sama lain itu adalah saling mengancam kalau tidak hati-hati,” jelas Doni. (fin/zul/ful)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: