Petani Bawang Putih di Kabupaten Tegal Terancam Merugi Miliaran Rupiah

Petani Bawang Putih di Kabupaten Tegal Terancam Merugi Miliaran Rupiah

Petani bawang putih di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal terancam merugi miliaran rupiah. Hal ini karena penyerapan umbi bawang putih mengalami penurunan, baik benih  maupun bawang putih hasil beli dari petani.

Ketua Poktan Berkah Tani Ahmad Maufur, Kamis (3/9) mengatakan, stok bawang putih tahun kemarin masih sisa 30 ton. Sampai sekarang masih tersimpan di gudang dan yang sudah membusuk 15 ton. Jika sampai akhir tahun ini bawang putih tidak ada penyerapan, maka bakal membusuk. Dengan begitu, pihaknya mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. Kendala minimnya penyerapan itu karena stok bawang putih di masing-masing daerah sudah terpenuhi. Selain itu, kebijakan pemerintah dinilainya terbalik. 

"Tadinya importir harus tanam dulu, baru dia dapat RIPH (Rekomendasi Import Produk Holtikultura). Tapi sekarang boleh impor dulu dan diwajibkan tanam," katanya. 

Akhirnya penyerapannya lamban, tambah Ahmad Maufur, dan itu berdampak pada penyerapan benih di tingkat nasional. Penangkar bawang putih juga menangis karena tidak bisa keluar. Dirinya berharap ada keberpihakan dari pemerintah kepada petani.

Kepala Perwakilan BI Tegal Muhammad Taufik Amrozy berjanji akan menyampaikan keluhan tersebut kepada pemerintah pusat melalui rapat koordinasi pusat dan daerah. Dirinya akan memperluas kerja sama penyerapan bawang putih dengan daerah lain. Hal itu untuk mengembalikan kejayaan bawang putih sebagai tuan rumah di negeri ini. 

"Kalau kita sudah punya bawang putih sendiri, kenapa harus impor. Mari kita bangkitkan kembali kejayaan bawang putih di Indonesia," ajaknya.

Kebutuhan bawang putih, lanjut Muhammad Taufik Amrozy, di Indonesia sebanyak 600 ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 90 persen di antaranya impor. Untuk itu, petani bawang putih lokal harus bisa menghentikan impor dengan meningkatkan kualitas. Dirinya tak menampik, umbi bawang putih lokal dengan impor memang lebih besar impor. Berat umbi impor per siung sekitar 20 gram. Sedangkan umbi lokal kurang dari 20 gram. Meski lebih besar, umbi lokal sebenarnya lebih bagus kualitasnya. 

Hal itu dibuktikan saat testimoni yang dilakukan oleh seorang chef. Kala itu, umbi lokal hanya 1 siung bisa menghasilkan masakan yang lezat. Sedangkan umbi impor harus 5 siung.

Sementara itu, Bupati Tegal Umi Azizah melalui Staf Ahli Bupati Berlian Adjie mengungkapkan, kendala yang dialami para petani bawang putih ini jangan dijadikan sebagai penghambat. Namun, harus menjadi motivasi supaya kualitas bawang putih lokal lebih baik dari impor. 

Pihaknya bakal melakukan evaluasi ihwal permasalahan yang dialami para petani bawang putih di Desa Tuwel. Ke depan dirinya akan mengevaluasi penghambat produktivitas bawang putih ini. Dirinya akan selalu mendukung dan mengawal para petani hingga sampai pemasarannya. Pemkab dan BI akan selalu memberikan pendampingan. (guh/ima)

Sumber: