Historisma

Historisma

Yang membuat saya datang adalah pemilik kafe itu: Fuad Bernardi. Ia adalah anak laki-laki Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Nama kafenya unik: Cafe Historisma. Bisa banyak arti: bisa sebagai tempat bersejarah bagi Risma. Ada unsur 'story'. Ada unsur 'store'. Ada unsur 'Risma'.

Teras rumah yang dijadikan kafe itu memang bersejarah bagi Risma. Di rumah itulah Risma tumbuh sampai menjadi sarjana teknik arsitektur.

Itu rumah orang tua Risma. Yang awalnya pegawai pajak. Tapi sang ayah minta pensiun dini. Lalu menjadi pengusaha. Salah satu usahanya adalah jualan batu untuk eksterior. Karena itu sebagian eksterior kafe ini berupa tempelan-tempelan batu.

Rumah itu adalah bukti sukses usaha ayah Risma. Demikian juga rumah yang ditempati Risma sekarang. Risma memang tidak pernah mau tinggal di rumah dinas wali kota.

Waktu mahasiswa pun Risma sudah naik mobil. Yang dibelikan oleh ayahnya. Dan sang ayah sangat menginspirasi Risma. "Sejak masih mahasiswa saya sudah mencari uang," ujar Risma saat memberi sambutan di pembukaan kafe itu. Yakni menjadi konsultan di perusahaan-perusahaan jasa arsitektur.

Meja gambar yang biasa dipakai Risma untuk bekerja, masih tersimpan di rumah itu. Sekaligus untuk alat belajar. Itu akan menjadi benda histori di Historisma Cafe. Termasuk meja belajar saat Risma masih SMA.

Gambar-gambar Risma juga banyak menghiasi dinding kafe itu. Bentuknya lukisan. Karya pelukis Rahmad Prihandoko.

Rumah itu sendiri sangat sederhana –untuk ukuran sekarang dan untuk ukuran rumahnya ayah seorang wali kota Surabaya dua periode.

Bentuknya seperti umumnya rumah model tahun 70-an. Lokasinya juga di daerah kelas tiga Surabaya. Bukan di daerah elite. Dekat pasar burung. Dua kios jualan bahan bangunan di seberang rumah itu adalah milik ayahnya.

Luas tanahnya pun hanya sekitar 300 m2. Dengan status tanah yang masih 'surat ijo'. Risma menceritakan sudah mengurus untuk menjadi hak milik. Sudah diurus sejak beberapa tahun lalu. "Tapi tidak bisa. Peraturannya tidak membolehkan," ujar Risma di sambutannyi itu.

Mengapa rumah itu tidak direnovasi agar lebih masa kini?

"Ayah saya berpesan agar rumah ini jangan diubah-ubah tanpa persetujuan beliau," ujar Risma. "Semua kayu di rumah ini adalah jati. Jatinya istimewa. Jati tua," tambahnya.

Sang ayah sudah lama meninggal. Tapi ada cerita tersendiri mengapa Fuad diizinkan membuka kafe di situ. "Waktu Fuad masih berumur 10 tahun, Fuad saya ajak ke rumah ini. Untuk menengok ayah. Saat itulah ayah mengatakan rumah ini kelak biar untuk Fuad saja," ujar Risma.

Risma sendiri sejak awal sebenarnya ingin menjadi pengusaha. Dia sudah mantap. Sudah mulai merasakan besarnya penghasilan sebagai pengusaha.

Risma ingin seperti ayahnya. Juga ingin seperti kakeknya. "Kakek saya itu kiai tapi juga pengusaha," ujar Risma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: