Ganjar Wanti-wanti Pemkot Solo Tidak Seperti Kabupaten Brebes, Kenapa Ya?

Ganjar Wanti-wanti Pemkot Solo Tidak Seperti Kabupaten Brebes, Kenapa Ya?

Kendati  mendukung rencana Pemkot Solo menggelar sekolah tatap muka, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mewanti-wanti agar Pemkot Solo tidak seperti Kabupaten Brebes.

Dukungan itu disampaikan Ganjar secara langsung ketika Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo silaturahmi ke Pemprov Jateng, Rabu (19/8). Rencananya, akhir November tahun ini, rencana itu diberlakukan.
 
"Saya mendukung, namun minta dilakukan simulasi dulu. Pastikan orang tua juga tahu persis. Simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai dari berangkat, proses belajar mengajar hingga pulang semuanya aman. Kalau tidak dapat memastikan itu, dan kalau ada yang keberatan, maka jangan dulu," kata Ganjar.

Ganjar mewanti-wanti agar Solo tidak melakukan hal yang dilakukan Pemkab Brebes dalam rencana ini. Sebelumnya, Brebes melakukan uji coba secara serentak, dan dinilai cukup membahayakan.

"Saya telpon bupati Brebes, dia bilang itu uji coba. Tapi karena serentak, saya minta langsung dievaluasi. Karena keserentakan ini, saya khawatir membahayakan. Maka saya harap Solo benar-benar siap untuk hal ini," pungkasnya.

Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, pihaknya berencana memulai sekolah tatap muka pada akhir November tahun ini. Untuk keperluan itu, pihaknya akan mulai melakukan simulasi pada September dan Oktober.

Simulasi, lanjut dia, akan dilakukan dengan ketat agar bisa menggambarkan proses belajar mengajar tatap muka di kemudian hari. Mengingat sekolah yang diampu adalah SD dan SMP, maka Rudi mengatakan hal tersulit adalah mencegah anak-anak berkerumun, saling bergandengan tangan, berpelukan dan lainnya.

"Memang karena masih anak-anak, jadi pasti sulit dilarang. Kami akan jadikan itu sebagai bahan simulasi. Seperti arahan Pak Gubernur tadi, bahwa simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai berangkat sampai pulang sekolah," terangnya.

Lebih lanjut Rudi menerangkan, meskipun sekolah tatap muka digelar November, tetapi tidak semua siswa masuk sekolah. Nantinya, jumlah siswa dan jam belajar di sekolah akan dibatasi.

"Kami juga sudah mempersiapkan radio anak dan TV pendidikan untuk mendukung itu. Kami menduga, nantinya hanya 50 persen siswa yang bisa masuk sekolah, sementara sisanya tetap belajar di rumah. Maka, kami juga memiliki program bantuan gadget yang diberikan pada keluarga miskin. Target kami minimal akhir tahun program bantuan handphone ini sudah terealisasi," pungkasnya. (*/ima)

Sumber: