Harian Apel

Harian Apel

Oleh: Dahlan Iskan

TIONGKOK terus pasang 'call' tinggi: di tengah kecaman dunia Barat polisi Hong Kong justru menangkap Jimmy Lai. Sekalian dengan dua anak laki-lakinya (Lihat Harian DI's Way edisi kemarin).

Sudah pasti, dunia Barat tambah ribut. Kali ini melebar ke organisasi pers dunia.

Di hari yang sama pesawat tempur Tiongkok terbang di atas Taiwan. Kali ini melintasi garis merah. Untuk kali pertama.

Siapa memprovokasi siapa?

Barat menuduh Tiongkok melakukan tindakan provokasi. Dengan menerbangkan pesawat tempur melintasi garis merah.

Tiongkok menuduh Amerikalah yang memprovokasi. Dengan mengirim seorang menteri melayat ke Taiwan. Sekaligus memberi penghargaan atas prestasi Taiwan di bidang penanganan Covid-19.

Tokoh Taiwan memang baru saja meninggal: Lee Teng-hui. Tanggal 30 Juli lalu. Dalam usia 97 tahun. Mayatnya dimakamkan dua hari lalu.

Lee sering diberi gelar 'bapak demokrasi' Taiwan. Ia adalah presiden pertama Taiwan (1988-2000) yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

Tapi ada juga yang mengatakan 'bapak demokrasi' sebenarnya adalah Chiang Ching Kuo. Jenderal ini adalah anak pendiri Taiwan, Chiang Kai Shek.

Selama 10 tahun Chiang Ching Kuo menjadi presiden Taiwan. Yakni setelah bapaknya meninggal. Ia tidak mau membangun politik dinasti.

Waktu disekolahkan ke Moskow, Chiang Ching Kuo masih berstatus anak presiden Tiongkok. Oleh Joseph Stalin, presiden Uni Soviet, anak muda ini dikirim magang ke pabrik baja. Lalu pacaran dengan gadis Rusia. Kawin.

Pengantin baru itu dikirim balik ke Beijing. Bersama istri Rusianya. Yakni ketika Tiongkok diserang Jepang. Chiang Ching Kuo ikut terjun ke medan perang. Pun ketika terjadi perang saudara setelah itu. Yakni antara ayahnya yang nasionalis dengan Mao Zedong yang komunis.

Mao yang menang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: