Jika Kurva Covid-19 Tak Melandai, Ekonom UI: Ekonomi Indonesia Minus 0,2 Persen, Ini Benar-benar Menghawatirka
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh negatif minus 0,8 persen sampai minus 0,2 persen. Namun, dengan catatan jika Covid-19 tidak menurun pada awal kuartal IV/2020.
Hal itu disampaikan oleh ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi dalam diskusi virtual yang diinisiasi ILUNI UNI, kemarin (1/8). "Skenario kami, apabila kurvanya tidak melandai sampai September, pertumbuhan ekonomi minus 0,8 persen sampai minus 0,2 persen. Ini benar-benar mengkhawatirkan," katanya.
Kondisi ini, menurut dia, akan membawa Indonesia pada fase resesi, sehingga dampak jangka panjangnya ekonomi RI akan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut terjadi bila seperti tenaga kerja, industri, dan rumah tangga kehilangan produktivitasnya atau ekonomic hyteresis.
"Harus diwaspadai, harus ditopang segera pada kuartal III/2020," ucapnya.
Dia menyarankan, pemerintah harus memaksimalkan program stimlus dan insentif yang telah dirancang. Tentu saja harus memperhatikan kesehatan. Hanya saja, menurut dia, pelonggaran aktivitas sosial dan ekonomi yang tidak tepat akan membuat pengendalian Covid-19 akan sia-sia.
"Ketika infection rate naik maka ini tentunya akan menghambat aktivitas ekonomi jangka menengah dan panjang," ujarnya.
Senada dengan ekonom UI, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pemulihan ekonomi akan sangat tergantung dengan penanganan Covid-19, terutama pada semester II, yaitu kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Apabila penanganan Covid-19 efektif, maka kondisi ekonomi akan pulih pada kuartal III dengan pertumbuhan positif 0,4 persen dan pada kuartal IV akan akselerasi ke 3 persen.
“Kalau itu terjadi maka pertumbuhan ekonomi kita secara seluruh tahun akan bisa tetap di zona positif,” kata Sri Mulyani.
Saat ini, pihaknya tengah bekerja keras agar Indonesia tetap ada dalam skenario pertumbuhan positif atau tidak jatuh pada zona resesi. “Pemulihan ekonomi tetap bisa berjalan pada zona positif pada kuartal IV antara 0 hingga 0,4 persen dan IV pada zona positif lebih tinggi, yaitu antara 2 persen hingga 3 persen. Sehingga total perekonomian kita masih bisa tumbuh positif di atas 0 persen untuk tahun ini,” paparnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya mengatakan, kondisi perekonomian dunia masih tidak menentu dan revisi proyeksi bisa dilakukan kapan saja seiring mengikuti perkembangan di masa corona ini. Ia meminta kepada jajarannya untuk mewaspadai gelombang kedua kasus Covid-19.
"Tetap harus waspada, kemungkinan dan antisipasi kita terhadap risiko terjadinya gelombang kedua dan masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global 2021," pintanya. (din/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: