Jelang Serie A Berakhir, Lini Belakang Juventus Malah Keropos

Jelang Serie A Berakhir, Lini Belakang Juventus Malah Keropos

Juventus belum bisa mengunci scudetto di pekan ke-35 Serie A. Bobroknya kinerja benteng pertahanan mereka membuat Udinese menggagalkan pesta juara Si Nyonya Tua.

SEMPAT memimpin 1-0 di menit ke-42 lewat tendangan jarak jauh Matthijs de Ligt, Juventus harus mengakui keunggulan tuan rumah di Dacia Arena setelah mereka jebol dua kali di paruh kedua. Dua gol itu lahir akibat keroposnya sektor bek kiri Bianconeri.

Ilija Nestorovski menjebol gawang Juventus di menit ke-52 untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Nestorovski yang tak terkawal menaklukkan Wojciech Szczesny lewat diving header memanfaatkan umpan silang Ken Sema.

Seko Fofana kemudian membalikkan keadaan sekaligus memastikan Udinese menang 2-1 lewat golnya di menit ke-2 injury time. Mendapat bola dari Rodrigo Becao di garis tengah, Fofana mengecoh dua bek Juventus sebelum melepaskan tembakan kaki kiri yang tidak bisa dibendung Szczesny.

Fofana adalah penjebol ke-38 gawang Juventus musim ini. Dan itu mempertegas bagaimana buruknya pertahanan skuat asuhan Maurizio Sarri musim ini. Sejak musim 2011/2012, kebobolan 38 gol menjadi catatan terburuk mereka.

Musim lalu, gawang Juventus hanya jebol 30 kali dalam 38 pertandingan sepanjang musim. Sementara tujuh musim sebelumnya, kebobolan terbanyak Si Nyonya Tua hanya 27 kali. Itu terjadi pada musim 2016/2017.

Keroposnya benteng pertahanan Juventus memang tampak jelas belakangan ini. Seperti diketahui, mereka kebobolan 13 gol dalam lima pertandingan terakhir. Situasi ini mungkin tidak akan terlalu merisaukan dalam perburuan scudetto. Namun, ini peringatan keras jelang Liga Champions.

Jika tidak segera melakukan perbaikan, Juventus bisa jadi akan kembali kehilangan kesempatan menjadi kampiun kompetisi elite antar-klub Eropa itu. Sebab, kualitas lawan dan penyerang yang mesti mereka hadapi tentu jauh lebih berbahaya.

Sarri dalam wawancara pasca pertandingan menyebut absennya kapten tim, Giorgio Chiellini menjadi alasan utama bobroknya pertahanan mereka. “Giorgio Chiellini praktis keluar sepanjang musim dan orang-orang tidak menyadari betapa pengalaman dan karakternya hilang. Leonardo Bonucci juga diskors,” kata Sarri kepada Sky Sport Italia.

Selain itu, Sarri menganggap musim ini memang sedikit tak lazim. “Kami juga mendapat 12 penalti yang tidak biasa bagi klub-klub besar. Ada lebih banyak tendangan bebas secara umum, ini merupakan rekor sepanjang masa, bahkan jika persentase kami naik lebih banyak daripada yang lain,” jelasnya.

Tetapi, eks pelatih Chelsea itu juga mengakui bahwa organisasi permainan timnya belakangan ini memang buruk. Hal tersebut diperparah dengan ambisi mereka memenangkan pertandingan dan mengunci gelar juara.

"Itulah yang terjadi akhir-akhir ini, kami kehilangan organisasi dan bentuk kami. Kami memiliki kinerja babak pertama yang bagus, lalu kemasukan gol, kedudukan imbang, dan ingin menang dengan segala cara. Itulah yang menjadikan pendekatan yang lebih berbahaya dan kami kalah pada menit ke-93," ujar Sarri dikutip dari Football Italia.

Fofana yang jadi mimpi buruk Juventus menegaskan, hasil ini pasti mengejutkan semua orang. “Semua orang percaya bahwa Juventus datang untuk merayakan gelar, tetapi kami bukan pelayan mereka dan kami telah bermain dengan kepribadian yang hebat, kami sangat bahagia,” katanya kepada Udinese TV.

Dengan kemenangan ini, Udinese yang mengoleksi poin 39 naik ke posisi 16 dan terlihat cukup aman untuk lolos dari degradasi. “Tapi kami harus selalu berhati-hati. Kami harus terus seperti ini dan dalam tiga laga terakhir meraih poin sebanyak mungkin," tegas Fofana. (amr/zul)

Sumber: