Licin Bagai Belut, Siapa Maria Pauline Lumowa yang Berhasil Bobol BNI Rp1,7 Triliun?

Licin Bagai Belut, Siapa Maria Pauline Lumowa yang Berhasil Bobol BNI Rp1,7 Triliun?

Nama Maria Pauline Lumowa sebagai buronan yang baru ditangkap di Serbia dan sudah dipulangkan ke Indonesia saat ini banyak diperbincangkan.

Rabu (8/7), perempuan yang sudah buron selama 17 tahun itu ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ekstradisi terhadap tersangka pembobolan Bank BNI senilai Rp1,7 triliun itu bahkan dilakukan melalui kerja sama dengan Pemerintah Serbia.

Lalu siapa sebenarnya Maria? Dilansir JawaPos.com, Maria merupakan bos PT Gramarindo Mega Indonesia lahir di Paleloan, Sulawesi Utara, 27 Juli 1958.

Dia ditetapkan sebagai salah satu tersangka kasus pembobolan kas Bank BNI cabang Kebayoran Baru lewat Letter of Credit (L/C) fiktif.

Pada periode Oktober 2002 hingga Juli 2003, Bank BNI mengucurkan pinjaman senilai USD136 juta dan 56 juta Euro.

Jika dirupiahkan dengan kurs kala itu, maka pinjaman itu senilai Rp1,7 triliun.

Pinjaman itu diberikan kepada PT Gramarindo Group yang dimiliki Maria Pauline Lumowa bersama Adrian Waworuntu.

Pembobolan yang dilakukan PT Gramarindo Group diduga mendapat bantuan dari ‘orang dalam’.

Pasalnya, BNI tetap menyetujui jaminan L/C dari Dubai Bank Kenya Ltd., Rosbank Switzerland, Middle East Bank Kenya Ltd., dan The Wall Street Banking Corp yang bukan merupakan bank korespondensi Bank BNI.

Lantas pada Juni 2003, BNI curiga dengan transaksi keuangan perusahaan tersebut. Kemudian mulai melakukan penyelidikan dan mendapati perusahaan tersebut tak pernah melakukan ekspor.

Dugaan L/C fiktif ini kemudian dilaporkan ke Mabes Polri.

Sayangnya, Maria Pauline Lumowa sudah lebih dahulu terbang ke Singapura pada September 2003.

Atau hanya sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh tim khusus yang dibentuk Mabes Polri.

Maria sempat terlacak di Belanda pada 2009 dan sering bolak-balik ke Singapura.
 
Pemerintah Indonesia juga sempat dua kali mengajukan proses ekstradisi ke Pemerintah Kerajaan Belanda. Yakni pada 2010 dan 2014 lalu.

Sumber: