Sejarah Benteng Pendem Ambarawa, Warisan Kolonial yang Mulai Terlupakan
Sejarah Benteng Pendem Ambarawa atau Fort Willem I menyimpan kisah kolonial Belanda, penjara pejuang pribumi, hingga cerita mistis. --
Radartegal.com - Benteng Pendem Ambarawa atau yang lebih dikenal dengan nama Fort Willem I adalah salah satu warisan kolonial Belanda yang masih berdiri megah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sayangnya, meski memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi, bangunan Benteng Pendem Ambarawa ini kini seolah terlupakan dan kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap sejarah berdirinya Benteng Pendem Ambarawa, fungsi strategisnya pada masa kolonial, kisah-kisah penting yang melingkupinya, hingga potensi wisata yang belum tergarap maksimal.
Asal-Usul dan Pembangunan Benteng
Benteng Pendem Ambarawa dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda antara tahun 1834 hingga 1845. Pembangunan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman pahit Belanda dalam Perang Jawa (1825–1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
BACA JUGA: 7 Masjid Tertua di Jawa Tengah dengan Arsitektur Indah dan Penuh Sejarah
BACA JUGA: 11 Jejak Kolonial di Tegal: Bangunan Bersejarah Belanda dari Stasiun, Menara Air, hingga Sekolah
Setelah perang berakhir, Belanda sadar bahwa wilayah Ambarawa memiliki posisi strategis sebagai jalur penghubung antara Semarang – Yogyakarta – Surakarta.
Karena itu, benteng dibangun untuk memperkuat pertahanan militer sekaligus sebagai pusat pengawasan terhadap pergerakan rakyat pribumi.
Nama Fort Willem I diambil dari nama Raja Belanda saat itu, Willem I. Namun, masyarakat lokal lebih mengenalnya dengan sebutan Benteng Pendem, karena bangunannya sebagian besar dikelilingi tanah gundukan sehingga terlihat seakan-akan “terpendam”.
Arsitektur dan Tata Ruang Benteng
Benteng Pendem Ambarawa memiliki gaya arsitektur khas Eropa abad ke-19 dengan bentuk persegi empat simetris. Di setiap sudutnya terdapat bastion (menara pengawas) yang berfungsi sebagai titik pertahanan.
BACA JUGA: 13 Masjid Unik di Jawa Tengah dengan Arsitektur Modern, Sejarah, dan Kearifan Lokal
BACA JUGA: Menjelajahi Keagungan Keraton Surakarta Hadiningrat, Saksi Bisu Sejarah Solo
Dinding benteng dibuat dari batu bata merah setebal hampir satu meter, lengkap dengan lubang tembak dan jendela ventilasi yang tinggi.
Di bagian dalamnya terdapat ruangan-ruangan luas yang dulunya difungsikan sebagai barak tentara, gudang senjata, ruang administrasi, hingga penjara bawah tanah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



