Hormati alam dan kepercayaan masyarakat setempat. Sebaiknya berkunjung pada siang hari dan didampingi oleh pemandu yang berpengalaman.
BACA JUGA: Mitos Kejatuhan Cicak, Kode Alam atau Cuma Kebetulan?
BACA JUGA: 4 Mitos Seputar Pusar Bayi yang Banyak Dipercaya Orang Tua
3. Mitos tentang Rumah Hantu Darmo Surabaya
Rumah Hantu Darmo adalah bangunan tua di Surabaya yang terkenal angker. Konon, rumah ini dulunya adalah tempat tinggal keluarga kaya yang melakukan pesugihan dengan tumbal nyawa.
Cerita yang beredar menyebutkan adanya penampakan hantu wanita dan suara-suara misterius di rumah ini.
Tips: Rumah ini sudah lama kosong dan tidak terawat. Sebaiknya hindari mengunjungi tempat ini, terutama pada malam hari.
Lebih baik menikmati wisata sejarah dan budaya Surabaya di tempat lain yang lebih aman dan nyaman.
BACA JUGA: Mitos Kucing Hitam di Berbagai Negara, di Jepang Jadi Pemikat Jodoh?
BACA JUGA: Mitos Tanaman Sri Rejeki yang Bawa Keberuntungan dan Segudang Manfaatnya
4. Mitos tentang Larangan Bermain di Waktu Maghrib
Mitos ini juga cukup umum di Indonesia. Masyarakat percaya bahwa waktu maghrib adalah waktu di mana makhluk halus berkeliaran.
Anak-anak yang masih bermain di luar rumah saat maghrib dipercaya bisa diculik atau diganggu oleh makhluk halus.
Terlepas dari mitos tersebut, waktu maghrib memang sebaiknya digunakan untuk beribadah dan berkumpul bersama keluarga. Mengajak anak-anak untuk pulang saat maghrib juga merupakan cara yang baik untuk mengajarkan disiplin dan menghormati waktu.
5. Mitos tentang Desa Golan dan Mirah di Ponorogo
Dua desa yang berdekatan ini memiliki mitos yang unik, yaitu air dari kedua desa tersebut konon tidak bisa bercampur. Selain itu, orang yang membawa barang dari satu desa ke desa lainnya akan merasa kebingungan.
BACA JUGA: Mitos Babi Ngepet dan Pesugihan yang Sampe Sekarang Masih Dipercaya, Janjikan Kekayaan Instan
BACA JUGA: 6 Makhluk Mitos dalam Pewayangan Jawa yang Wujudnya Bikin Bulu Kuduk Merinding
Ada juga larangan bagi warga Mirah untuk menanam kedelai, dan pertemuan warga kedua desa di acara hajatan diyakini dapat menimbulkan gangguan.