RADAR TEGAL - Terletak di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, misteri Waduk Malahayu menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas. Di balik pesona alamnya yang indah, waduk ini memang masih menyimpan banyak misteri dan mitos.
Waduk ini merupakan bangunan peninggalan pada masa kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1934 sampai 1937 dan diresmikan pada tanggal 19 Mei 1938 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Bangunan peninggalan belanda ini menyimpan kisah misteri Waduk Malahayu yang banyak dipercaya sebagian masyarakat setempat bisa membawa hal yang baik.
Malahayu ini memiliki luas sekitar 910 hektare. Di balik misteri Waduk Malahayu Brebes, tempat ini dianggap sebagai salah satu peninggalan masa kolonial Belanda yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Pesona alam yang indah seperti, banyaknya pohon jati yang hijau, suasana udara yang tenang, pegunungan dan perbukitan yang indah, membuat siapa saja ingin mengunjunginya. Namun di balik pesonanya yang indah ada kisah misteri Waduk Malahayu yang menyelimutinya.
BACA JUGA: Bikin Penasaran! Bukankah Waduk Cacaban Tegal Dulunya Sebuah Desa? Ini Sejarahnya
Misteri Waduk Malahayu meyakini masyarakat terkait ular yang berukuran raksasa sebagai sosok penunggu Waduk Malahayu. Ular itu dikenal dengan sebutan si Untung atau Si Buntung karena ekornya yang putus-putus.
Selain itu, misteri lainnya terkait dengan mitos jodoh langgeng. Masyarakat setempat percaya bahwa air Waduk Malahayu memiliki kemampuan yang dapat menjaga keabadian hubungan asmara seseorang.
Misteri Waduk Malahayu
Di balik keindahan yang tersimpan di Waduk Malahayu, waduk ini menyimpan sebuah misteri di dalamnya. Salah satu yang sering diperbincangkan oleh masyarakat setempat adalah keberadaan siluman ular yang berukuran raksasa dengan ekornya yang putus yang menjadi penunggu Waduk Malahayu.
Konon, si buntung awalnya adalah ular yang sempat dipelihara oleh seorang petani pada zaman dahulu yang bernama Ki Jaminar. Pada saat itu, Ki Jaminar sedang mencangkul di sawah dan tidak sengaja cangkulnya mengenai ekor ular tersebut. Saking parahnya, ekor ular itu sampai putus. Oleh karena itu masyarakat setempat menyebut sosok ular tersebut dengan sebutan si buntung.
Ia pun merasa kasihan pada ular tersebut, hingga akhirnya Ki Jaminar membawa pulang ke rumah untuk dirawat dan dipelihara. Setelah sekian lama dipelihara ular itu pun tumbuh semakin besar sehingga rumah Ki Jaminar tidak bisa lagi menampungnya. Akhirnya Ki Jaminar pun memindahkan si buntung ke Waduk Malahayu.
Kehadiran Si Buntung sebagai sosok penjaga Malahayu dipercaya masyarakat setempat tidak mengganggu pengunjung. Malah sebaliknya sosok misterius itu dipercaya membantu pengunjung yang tenggelam.
Menurut cerita yang beredar pernah suatu saat ada seorang pengunjung yang tenggelam di Waduk Malahayu. Namun, tiba-tiba saja pengunjung tersebut sudah ada di tepi waduk.
Setelah pengunjung itu siuman, pengunjung itu menjelaskan jika saat tenggelam, ia merasa seperti didorong oleh seekor ular besar ke tepi waduk. Dari kisah itu warga setempat yakin jika sosok ular besar yang konon menjaga Waduk Malahayu itu tidak mempunyai niat jahat untuk mencelakai warga sekitar. Justru ular besar itu malah menjaga warga sekitar dari marabahaya yang ada di Waduk Malahayu.