RADAR TEGAL – Artikel ini membahas mitos Panggung Sangga Buwana yang dikeramatkan di Keraton Kasunanan Surakarta, Solo. Bangunan satu ini konon menyimpan misteri yang masih banyak dipercaya sampai sekarang.
Mitos Panggung Sangga Buwana di Keraton Surakarta ini juga kabarnya erat hubungannya dengan raja-raja Solo pada masa lampau. Kisah yang menyelimuti bangunan tertinggi di kompleks Keraton Surakarta ini memang cukup menarik perhatian masyarakat.
Selengkapnya berikut tentang Panggung Sangga Buwana di Keraton Surakarta dan mitos yang beredar. Pastikan Anda menyimak ulasan ini sampai akhir.
Bentuk bangunan
Panggung Sangga Buwana memiliki arsitektur yang klasik khas bangunan jaman dulu. Bangunannya berbentuk seperti menara yang ada di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta.
BACA JUGA : 3 Fakta Terbantahnya Mitos Jembatan Penghubung Jawa dan Bali, Benarkah jika di Bangun Terjadi Tsunami?
Puncak bangunan ini berbentuk mirip topi bulat berhiaskan ekor naga yang dikendarai manusia sembari memanah. Menurut cerita, bangunan ini tidak diberikan hiasan biasa, namun juga sengkalan tahun pendirian.
Kabarnya Panggung Sangga Buwana di Keraton Surakarta ini dibangun pada 1708 tahun Jawa atau sekitar 1728 Masehi oleh Sri Susuhunan Paku Buwono III.
Bangunan tua ini tetap berdiri dengan kokoh di antara pelataran Sri Manganti dan Kedathon. Lebih spesifiknya, ia berbentuk segi delapan yang terdiri dari 4 tingkat dengan bagian atasnya yang disebut tudung saji.
Ada juga lambang manusia yang sedang mengendarai naga di puncak menara atau sengkalan tahun, yang berbunyi Naga Muluk Tinitihan Jalma. Artinya yaitu melambangkan tahun dibuatnya bangunan ini pada 1708 tahun Jawa.
BACA JUGA : Mitos Ramalan Prabu Jayabaya Tentang Satria Piningit, Sosok yang Bakal Ubah Nasib Bangsa
Dulunya Panggung Sangga Buwana ini digunakan untuk mengintai musuh dari ketinggian. Selain itu, bangunan menara tua ini juga kabarnya biasa digunakan oleh raja untuk meditasi.
Mitos Panggung Sangga Buwana di Keraton Surakarta
Meski memiliki arsitektur yang klasik, bangunan ini menyimpan mitos dimana orang-orang menyebutkan tempat ini sebagai tempat pertemuan raja-raja Solo dengan Nyi Roro Kidul.
Hal ini didukung dengan letak bangunan yang persis segaris lurus dengan kalan keluar dari kota Solo menuju Wonogiri. Masyarakat percaya bahwa hal ini disengaja karena Roro Kidul datang dari arah selatan.