Sejarah mencatat bahwa pada 11 November 1743, terjalinlah perjanjian antara Mataram dan VOC yang melibatkan Pakubuwono II.
Perjanjian ini menjadi tonggak awal kekuasaan VOC atas Madura Barat, dan dalam konteks ini, Pakubuwono II akan kembali naik tahta hanya jika VOC berhasil menjadikan wilayah tersebut bernaung di bawah panji mereka.
Ruang lingkup dominasi ini membawa dampak besar, yang meliputi penggulingan Raja Tjakranigrat, serta perubahan dramatis dalam peta kekuasaan.
Bukti berupa surat Bupati Bangkalan mengungkapkan bahwa setelah VOC memperoleh kendali atas Madura Barat pada tahun 1747, mereka segera mendirikan benteng di jantung kota.
Tujuan di balik pembangunan ini, di satu sisi, adalah untuk mengawasi gerak-gerik keluarga Kesultanan Bangkalan.
Namun, dari sudut pandang lain yang diungkapkan oleh Tim Peneliti Konservasi Benteng Erfprins, benteng ini juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan senjata VOC.
Hal ini terjadi seiring dengan pendirian kekuatan militer VOC di Madura, yang bertugas menumpas pemberontakan di berbagai wilayah seperti Cirebon, Bone, Bali, Jawa, dan Jambi.
Warisan Nama dan Masa Berubahnya Benteng