Sejarah dan Misteri Desa Ujungrusi Kecamatan Adiwerna, Kenapa Ada Tanah Brebes di Kabupaten Tegal?

Minggu 27-08-2023,16:54 WIB
Reporter : Aditya Saputra
Editor : Aditya Saputra

RADAR TEGAL - Menurut cerita dari para tetua masyarakat, Desa Ujungrusi sudah ada sejak masa perang kemerdekaan (1945-1949). Sebelum masa kemerdekaan, wilayah Ujungrusi masuk dalam kawedanan Adiwerna. 

Desa Ujungrusi merupakan daerah pedesaan yang subur dengan banyak lahan pertanian, hutan hijau, dan pedesaan yang indah. 

Kondisi alamnya yang menguntungkan membuat Desa Ujungrusi menjadi tempat persembunyian dan markas bagi pejuang-pejuang Republik. 

Selain itu, Desa Ujungrusi juga memiliki sejarah sebagai tempat yang sering dikunjungi oleh para pelancong dengan berbagai tujuan, seperti menyebarkan Agama Islam atau mengembangkan ekonomi.

Sebagai tanda sejarah, Kebon Raja mengisyaratkan bahwa Desa Ujungrusi dulu kerap dikunjungi oleh para pelancong. 

Sesuai cerita dari sesepuh Desa Ujungrusi, Kebon Raja pada suatu masa adalah bagian dari Tanah Brebes yang pernah didatangi oleh seorang Raja dari daerah Brebes. 

Raja tersebut singgah sebentar di tanah tersebut untuk beristirahat dan melaksanakan Shalat di Masjid Jami, yang merupakan warisan dari leluhur. 

Berikut radartegal.disway.id merangkum dua versi sejarah tentang tanah Brebes yang berada di Desa Ujungrusi Kabupaten Tegal.

BACA JUGA:Estafet Tunas Kelapa di Kabupaten Tegal Diwarnai Aksi Taman Pohon

BACA JUGA:Sedekah Bumi Waduk Cacaban Tradisi Merawat Alam, Bupati Tegal Beri Pesan Khusus

Sejarah tanah Brebes yang ada di Desa Ujungrusi Tegal

Asal-usul Tanah Brebes yang terletak di Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, memiliki beberapa kisah yang dikenal di kalangan masyarakat. 

Salah satu cerita mengatakan bahwa Tanah Brebes dahulu sering dijadikan tempat peristirahatan oleh para raja. 

Informasi ini disampaikan melalui laman Facebook Pesona Ketanggungan, di mana terdapat beberapa versi yang terkenal yang menceritakan tentang Kebon Raja atau Tanah Brebes ini. 

Kisah ini berlangsung pada abad ke-17, saat Kesunanan Kartasura (lanjutan dari Kesultanan Mataram) dipimpin oleh Radén Mas Rahmat/Adipati Anom yang bergelar Amangkurat II.

Kategori :