Namun, sepertinya sang buaya ini memiliki kodratnya sendiri. Ia hanya akan menyerang jika merasa terancam.
Di balik mitos ini, tersembunyi cerita tentang istana buaya yang legendaris. Wilayah di bawah jembatan Kampung Melayu, yang dikenal sebagai Kedung Buaya oleh penduduk setempat, kabarnya menjadi tempat singgah bagi buaya putih yang naik saat banjir besar menghantam. Kisah ini menjadi jendela menuju ke dunia gaib yang mempesona.
Namun, Kali Ciliwung tidak hanya berbicara tentang buaya. Ada pula cerita kelam tentang hantu Marrie, seorang bangsawan Belanda yang terjerat dalam cinta terlarang dengan pria pribumi. Meskipun perbedaan kasta menghalangi hubungan mereka, cinta tetap berkobar dalam diam. Namun, nasib tragis menimpa Marrie ketika orangtuanya mengetahui tentang hubungan ini. Kehilangan cinta sejatinya mengantarnya pada kematian yang misterius.
Sejak itu, banyak yang mengklaim telah melihat arwah Marrie yang hanyut dalam kesedihan di tepian Kali Ciliwung.
Dalam balutan kebaya putih, ia duduk di jembatan dengan tatapan penuh duka. Konon, penampakan ini hanya bisa disaksikan pada malam Selasa saat bulan purnama menerangi langit.
Misteri Kali Ciliwung takkan pernah pudar. Kepercayaan akan keberadaan buaya gaib dan hantu Marrie terus hidup dalam cerita-cerita yang berpindah dari mulut ke mulut.
Ini adalah kisah-kisah yang mengajarkan kita untuk tetap menghormati alam dan sejarah yang menyertainya.
Mungkin suatu hari nanti, kita akan menemukan kebenaran di balik kabut legenda, atau mungkin, pesona misteri ini akan terus menghantui imajinasi kita.