Jejak sejarah tak hanya terbatas pada perdagangan. Menara ini juga menjadi pusat distribusi uang, terbukti dengan logo "Soera Ing Baja" yang menghiasi depan gedung.
Lambang ini membawa kita pada nostalgia kota Surabaya yang kental dengan nilai-nilai perdagangan dan bisnis.
Wilayah Kalimas, yang dulu menjadi dermaga bagi kapal-kapal lokal dan internasional, mempertemukan pedagang dengan hasil bumi.
Kegiatan perdagangan kain dengan produk pertanian dan peternakan menjadi pemandangan sehari-hari.
Dalam konteks ini, Menara Syahbandar menjadi simbol penting dalam keragaman bisnis dan interaksi budaya.
Mencermati sejarah, tampak jelas bahwa bangunan ini bukan sekadar arsitektur. Ia mengisahkan bagaimana pusat bisnis dan perdagangan dahulu menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dari kawasan Jalampangung hingga pasar pabean di sekitar lampu lalu lintas, semuanya mencerminkan vitalitas pelabuhan dan bisnis di masa lampau.
Seiring perjalanan waktu, Menara Syahbandar Surabaya tetap menjadi saksi bisu perubahan. Dari gudang rempah-rempah hingga museum maritim, dari pusat bisnis hingga simbol kota, menara ini merepresentasikan warisan berharga yang tak boleh dilupakan.